Selama enam bulan, ia mendekam di balik jeruji, tetapi semangatnya tak pernah padam.
Baginya, jurnalistik bukan sekadar profesi, melainkan panggilan hati untuk menyuarakan kebenaran.
Pada 1 Oktober 1981, ia mendirikan Fajar, sebuah media yang lahir dari mimpi besar untuk memberi cahaya pada dunia informasi.
Dari tangan dinginnya, Fajar tumbuh menjadi salah satu media besar di Indonesia, menjadi saksi sekaligus penggerak perubahan.
Alwi Hamu bukan sekadar pendiri Fajar Group. Ia adalah seorang sahabat yang hangat, seorang mentor yang penuh perhatian, dan seorang pemimpin yang menginspirasi.
Kepergiannya adalah kehilangan besar, bukan hanya bagi dunia pers, tetapi juga bagi mereka yang pernah merasakan sentuhan kebaikannya.
Kini, di tempat peristirahatan terakhirnya di Makassar, Alwi Hamu akan terus dikenang. Bukan hanya lewat jejak-jejak karya jurnalistiknya, tetapi juga melalui nilai-nilai perjuangan yang ia tanamkan.