“Kegiatan ini namanya ‘Rupiah Bercerita’, kerjasama Bank Indonesia (BI) dan Kampung Dongeng Sumsel sejak tahun 2023 silam.
Di sini kami mengedukasi siswa-siswa sekolah lewat berdongeng atau tradisi bertutur agar mereka Cinta, Bangga, Paham Rupiah,” terang Ketua Kampung Dongeng Sumsel ini kepada penulis, Kamis (21/11/2024).
Edukasi ini tentu berbeda dengan menyampaikan pesan moral secara langsung, apalagi sasarannya anak-anak TK/SD, SMP, SMA.
Mereka merasa tidak digurui, tapi justru sebaliknya sedang mendengarkan cerita. Bagaimana sejarah panjang uang Rupiah, ciri ciri umum dan khusus apa saja yang ada di Rupiah.
Sebelum adanya Nusantara, ia juga menyampaikan penggunaan mata uang dari masa ke masa. Dari zaman kerajaan seperti uang kampua dari Kerajaan Buton sekitar abad 14-15.
Masuk era penjajahan Belanda dan Jepang, ada mata uang Ropij Jawa 1813, Gulden Hindia Belanda, Logam Duit, uang NICA. “Setelah Indonesia merdeka, ada ORI dan ORIDA, Republik Indonesia Serikat (RIS), dan terakhir Rupiah,” tuturnya.
Biasanya Kak Ninuk mengangkat nama-nama karakter lokal saat mendongeng, seperti Jugil pahlawan dari Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumsel.
“Cerita rakyat satu daerah saya modifikasi dengan nilai-nilai kebaikan terhadap Cinta, Bangga, Paham Rupiah. Dan itu seru banget, anak-anak suka dan cepat nangkap ilmu pengetahuan. Banyak yang baru tahu,” terang wanita kelahiran 23 November 1984 ini.
Tak hanya itu, Kak Ninuk ceritakan pula gambar-gambar pahlawan yang ada pada Rupiah, contohnya pahlawan asal Palembang, Sumsel, Sultan Mahmud Badaruddin II di mata uang Rupiah 10.000.
“Yang paling kami tekankan, bagaimana anak-anak sekolah bisa merawat uang dan tidak sembarangan memperlakukannya,” imbuhnya.
Bagi adik-adik yang selama ini belum mengetahui, mulai sekarang harus peduli bahwa uang Rupiah jangan dilipat, dicoret, distapler, diremas, dan dibasahi (5J).
“Supaya tidak cepat rusak, karena Rupiah memiliki beberapa fitur keamanan yang tidak boleh rusak misalnya blind code atau kode tuna netra,” tegasnya.
Blind code ini berupa tanda garis atau titik yang dapat diraba oleh penyandang tuna netra untuk mengenali nilai uang kertas tersebut.
Artinya kalau kodenya rusak, teman-teman tuna netra kesulitan mengenali Rupiah, mereka jadi mudah tertipu.
“Ternyata anak-anak banyak yang nggak tahu kode ini. Setelah kita sampaikan, mereka paham, oh gitu ya Kak,” ungkap Kak Ninuk.
Ketika uang Rupiah sudah jelek dan rusak, tidak bisa digunakan lagi untuk transaksi. “Bank Indonesia akan menarik dan menghancurkan uang tersebut agar tidak lagi beredar di masyarakat.