PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Pergantian tahun dari 2024 ke 2025 sudah didepan mata, menyikapi perayaan tahin baru, dalam islam ada amalan akhir tahun yang bisa dilakukan.
Namun, sebelumnya kita harus tahu ada beberapa Pandangan ulama yag dapat disimpulka mengenai perayaan Tahun Baru Masehi yang dilansir dari berbagai sumber
Pandangan yang Melarang:
Beberapa ulama berpendapat bahwa merayakan Tahun Baru Masehi tidak sesuai dengan ajaran Islam karena bukan bagian dari tradisi Islam dan sering kali diisi dengan kegiatan yang tidak sesuai dengan syariat, seperti pesta dan hura-hura.
Mereka menekankan bahwa perayaan ini berasal dari tradisi non-Muslim dan tidak memiliki dasar dalam syariat Islam.
BACA JUGA:Makna Doa Akhir Tahun: Refleksi dan Harapan untuk Kehidupan Lebih Baik di Tahun Baru
BACA JUGA:Sambut Tahun Baru 2025, Maskapai Baru Super Air Jet Hadir di Lubuklinggau
Pandangan yang Membolehkan dengan Syarat:
Ada juga ulama yang membolehkan perayaan Tahun Baru Masehi asalkan tidak diisi dengan kegiatan yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Mereka berpendapat bahwa jika perayaan tersebut diisi dengan kegiatan positif seperti doa, refleksi diri, atau kegiatan sosial seperti memberi makan fakir miskin, maka hal itu bisa diterima. Semua tergantung pada niat dan cara perayaannya.
Pandangan Netral:
Beberapa ulama mengambil posisi netral dengan menekankan pentingnya niat dan konteks. Mereka menyarankan agar umat Islam lebih fokus pada ibadah dan kegiatan yang bermanfaat, tanpa terlibat dalam perayaan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Jadi Secara umum, penting bagi umat Islam untuk bijak dalam menyikapi perayaan Tahun Baru Masehi dan memastikan bahwa kegiatan yang dilakukan tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Nah, sebenarnya Dalam pandangan Islam, tidak ada amalan khusus yang diwajibkan untuk dilakukan pada akhir tahun.
Namun, beberapa ulama menyarankan beberapa amalan yang baik untuk dilakukan sebagai bentuk refleksi dan ibadah.