SUMATERAEKSPRES.ID - Ketahuialah, bahwa nikmat yang paling besar yang mesti kita syukuri adalah nikamt Iman dan Islam, dan cara yang paling tepat mensyukuri kedua nikat tersebut adalah dengan cara melakukan amal shaleh, mencari ilmu dan mendalaminya serta menyebarkan ilmu tersebut kepada keluarga, sahabat dan masyarakat kita, sehingga menjadi amal shaleh dalam buku catatan kita.
Dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 197 Allah Swt., berfirman: Dan berbekallah, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat. (QS. Al-Baqarah: 197)
Sebagaimana ayat tersebut di atas, kita semua yang hadir di sini diingatkan agar selalu bertakwa kepad Allah dan menjaga diri dalam menjalani hidup ini dengan takwa, agar pada saat kita nanti menghadap Allah Swt., meninggal dunia kita tetap dalam memeluk agama Islam, bertawakal kepada Allah dan berserah diri kepada-Nya.
Pemaknaan takwa apabila dibawa ke ranah perang laksana perisai dan mengandung makna defensif atau bertahan dan ofensif atau menyerang. Bertahanlah mempertahankan akidah, jangan sampai terjerumus dalam bujuk rayu dan godaan setan. Ingat setan itu selalu membisikkan keada pekerjaan-pekerjaan yang jahat, maksiat dan cenderung menjauhkan manusia dari tuhannya. Setan membisikkan dan menjerumuskan manusia kepada lembah dosa dan permusuhan.
BACA JUGA:Kejaksaan Negeri Lahat Terima Uang Pengganti Rp 208 Juta, Upaya Tegakkan Keadilan dan Transparansi
BACA JUGA:Pemutakhiran ZNT dan NJOP di Lahat: Dorong Transparansi, Akuntabilitas, dan Keadilan Pajak Daerah.
Adapun pemaknaan takwa secara ofensif adalah kita dituntut untuk terus menerus secara berkesinambungan melakukan tindakan dan kegiatan-kegiatan yang baik dengan berdasarkan perintah Tuhan. Mengajak manusia untuk melakukan kebaikan-kebaikan dan pencegah manusia dari perbuatan munkar, mencegah manusia dari maksiat dan kejahatan-kejahatan lainnya, sebagaimana perintah ini termaktub dalam firman Allah surat Ali Imran ayat 104. Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar, mereka adalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran: 104)
Dari beberapa pengertian dengan mengutif ayat tersebut, maka takwa sering didefinisikan oleh para ulama adalah melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangannya.
Pesan takwa ini sama dengan pesan takwa yang disampaikan oleh Umar ibn Khatab dan Ubay ibnu Ka’ab, yakni berhati-hati agar kita tidak terjerumus ke jurang kenistaan dan kesesatan. Maka salah satu bentuk refresentasi dari pemaknaan takwa adalah menegakkan keadilan hukum.
Apabila kita simak dengan penuh kehati-hatian, pada saat ini sangat susah dan sulit untuk melihat bagaimana keadilan hukum itu ditegakkan ditengah-tengah kehidupan bermasyarakat. Seperti banyak ungkapan dari para ahli dan praktisi hukum yang masih menempatkan akal sehat sebagai sandarannya, dengan mengungkapkan bahwa akhir-akhir ini hukum dirasa tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Bahkan masih ada yang berucap bahwa manusia tidak bisa berbuat adil karena berbuat adil itu hanya bisa dilakukan oleh Allah Swt., sebagai wujud kekuasaan yang mutlak dan absolute untuk menentuakan arah perjalanan hidup manusia.
BACA JUGA:Ketegangan Memanas, Iran Kritik Israel dan Minta Dukungan Global untuk Tegakkan Keadilan
BACA JUGA:Keluarga Hamsi Tuntut Keadilan di Pengadilan Negeri Lubuklinggau
Dalam realita kehidupan bermasyarakat, apakah mungkin karena masyarakat sudah tidak percaya lagi bahwa hukum sudah sering dipermainkan dan dijualbelikan, sehingga diantara mereka masih ada yang berucap: Janganlah mencari keadilan kepada manusia karena keadilan itu hanya bisa dilakukan oleh Allah. Manusia itu tidak bisa berlaku adil, manusia itu hanya mementingkan diri sendiri, manusia itu makhluk egois dan seterusnya.
Tentu ungkapan ini tidak benar adanya, karena banyak sekali ayat al-Qur’an dan sabda Rasulullah Saw., agar kita berlaku adil dan amanah dalam menegakkan hukum dan keadilan. Dilihat dari tugas kekhalifahan manusia di muka bumi adalah untuk menegakkan keadilan di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Disamping mewujudkan ketakwaan keada Allah Swt.
Perihal ini sebagaimana ditegaskan Allah dalam al-Qur’an surat al-Maidah ayat ke-8:ُWahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kalian untuk berlaku tidak adil, berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Maidah: 8)