Eksistensi Pasar Burung Palembang Meredup, Sejarah Dimulai Sejak 1965 Oleh Wak Manan

Sabtu 23 Nov 2024 - 15:00 WIB
Reporter : Adi
Editor : Irwansyah

SUMATERAEKSPRES.IDPasar Burung Palembang, yang terletak di kawasan 16 Ilir, memiliki perjalanan panjang yang dimulai sejak pertengahan abad ke-19.

Dahulu, aktivitas perdagangan di Palembang berkembang pesat, khususnya di sekitar Sungai Musi.

Pedagang dari daerah uluan sungai membawa hasil bumi mereka menggunakan perahu kajang, sehingga menciptakan pusat perdagangan yang sibuk di sepanjang sungai.

Pada awalnya, kawasan tersebut hanya merupakan tempat berkumpul pedagang yang menjual berbagai barang kebutuhan sehari-hari.

BACA JUGA:UNISKI Terima Serah Terima Asrama Mahasiswa, Ishak Mekki Ingatkan Pentingnya Pemeliharaan

BACA JUGA:Catat! Inilah Tanggal Penting Penerbitan Serdik Bagi Lulusan PPG Piloting 2

Seiring berjalannya waktu, pasar ini berkembang menjadi pusat perdagangan yang lebih permanen dengan adanya pembangunan toko dan perkantoran.

Pasar Burung Palembang dikenal luas bukan hanya sebagai pasar burung, tetapi juga sebagai tempat jual beli hewan peliharaan lainnya seperti ikan, kucing, kelinci, dan kura-kura.

Pasar ini menjadi destinasi utama bagi masyarakat Palembang yang ingin membeli hewan peliharaan atau sekadar menikmati suasana pasar tradisional.

BACA JUGA:Harga Wuling Air ev Per November 2024: Mobil Listrik Kompak Ideal untuk Perkotaan

BACA JUGA:Prakiraan Cuaca Sumatera Selatan: Waspada Hujan Ekstrem pada 24 November 2024

Hingga saat ini, meskipun mengalami penurunan pengunjung akibat modernisasi dan berkembangnya toko hewan peliharaan modern serta penjualan online, Pasar Burung Palembang tetap bertahan sebagai salah satu pusat perdagangan hewan peliharaan yang terkenal di kota ini.

Sejarah Singkat Pasar Burung Palembang

Pasar Burung Palembang berdiri sejak pertengahan abad ke-19, ketika Palembang menjadi pusat perdagangan yang sibuk.

Pasar ini awalnya hanya tempat pedagang lokal menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari.

BACA JUGA:Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu, Film Adaptasi Novel Pidi Baiq, Kisah Cinta Segitiga di Era Reformasi

Kategori :