2. The Grapes of Wrath – John Steinbeck
Di masanya, The Grapes of Wrath mendapat banyak kecaman dari kelompok politik dan bisnis.
Mereka menilai kisah para petani miskin yang berjuang di tengah Depresi Besar terlalu menyoroti sisi gelap Amerika, bahkan dianggap tidak patriotik.
Seingga tak mengherankan buku ini sempat dilarang di beberapa daerah.
Tapi, pandangan terhadap novel ini berubah seiring berjalannya waktu.
Kini, The Grapes of Wrath dianggap sebagai salah satu novel Amerika terbaik yang dikagumi karena kepeduliannya pada kaum miskin dan komentar sosialnya yang kuat.
Steinbeck berhasil menggambarkan penderitaan dengan penuh empati yang menjadikan buku ini sebagai simbol perlawanan terhadap ketidakadilan.
3. Slaughterhouse-Five – Kurt Vonnegut
Saat pertama kali muncul, Slaughterhouse-Five dianggap terlalu anti-perang dan kontroversial.
Gaya naratifnya yang tidak biasa dan tema anti-perangnya membuat novel ini dilarang di beberapa tempat karena dianggap “anti-Amerika.”
Tetapi, justru pendekatan berbeda yang digunakan Vonnegut menjadikannya sebuah karya unik.
Sekarang, Slaughterhouse-Five diakui sebagai klasik modern yang menyajikan pandangan mendalam tentang perang dan manusia.
Dengan sentuhan humor gelap, Vonnegut berhasil menyampaikan pesan filosofi yang mendalam tentang absurditas perang.
4. Dracula – Bram Stoker
Walau kini sukses menjadi ikon literatur horor, Dracula awalnya dianggap hanya sekadar cerita sensasional.
Para kritikus dan pembaca kaget dengan tema seksual dan supernatural yang dianggap tidak pantas.