SUMATERAEKSPRES.ID – Ditengah konflik dengan Israel, negara Iran disebut masih terus mengembangkan program nuklir.
Ketua Organisasi Energi Atom Iran, Mohammad Eslami dalam rapat kabinet hari Rabu (6/11) mengakui program nuklir Iran akan terus berkembang, terlepas dari perkembangan politik di Amerika Serikat.
Disebut Eslami, Republik Islam Iran teguh dalam komitmennya untuk mengembangkan industri nuklirnya, terlepas dari adanya perubahan kepemimpinan di Amerika Serikat.
Eslami menegaskan kembali bahwa kegiatan nuklir Iran sepenuhnya dilakukan untuk tujuan damai dan mematuhi hukum internasional.
Negara tersebut tetap berkomitmen untuk meningkatkan kemampuan nuklirnya demi kebaikan warganya.
BACA JUGA:Iran Kritik Kehadiran Pesawat Pengebom B-52 AS Ganggu Stabilitas Kawasan
BACA JUGA:Kehadiran Menko Polkam Budi Gunawan di National Day Rusia Perkuat Hubungan Strategis Indonesia-Rusia
"Iran telah mencapai tingkat swasembada di sektor nuklir," ungkap Eslami sebagaimana dilansir Tehran Times.com. Hal ini khususnya dalam produksi teknologi laser dan produk-produk penting yang konsumsinya tinggi.
Eslami menyoroti pencapaian baru-baru ini, dengan menyebutkan peresmian jalur produksi laser serat, yang kini sudah beroperasi. Juha menyebutkan pembentukan jalur produksi untuk pemotongan laser pada logam non-besi.
Eslami juga menunjukkan bahwa tahun lalu, Iran mendukung pengembangan dan penerapan jalur pengelasan laser dalam untuk aplikasi baja industri, dan kini telah memperkenalkan sistem yang dirancang untuk pemotongan presisi, terutama untuk komponen rumit.
Penarikan diri AS dari Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) pada tahun 2018 diikuti oleh kemajuan besar dalam program nuklir damai Iran.
Kesepakatan yang ditandatangani pada tahun 2015 membatasi aktivitas dan kemajuan nuklir Iran dengan imbalan penghentian sanksi Barat.
BACA JUGA:Hentikan Pengaliran Air ke 2.656 Pelanggan, Dampak Pemeliharaan IPA Sei Lais
BACA JUGA:Iran Siapkan Senjata dan Hulu Ledak Lebih Kuat untuk Ancaman Balasan Terhadap Israel di Timur Tengah
Iran menunggu dua tahun hingga sanksi yang diterapkan kembali dicabut sebelum mulai secara bertahap mengurangi komitmen JCPOA pada tahun 2020.