SUMATERAEKSPRES.ID - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Oktober 2024 menunjukkan inflasi yang stabil dan terkendali.
Inflasi IHK bulan ini tercatat sebesar 0,08% (mtm), sementara secara tahunan turun menjadi 1,71% (yoy) dari bulan sebelumnya yang sebesar 1,84% (yoy).
Capaian ini memperlihatkan konsistensi kebijakan moneter yang berhasil menahan laju inflasi di tengah tantangan global.
Keberhasilan pengendalian inflasi ini berkat sinergi antara Bank Indonesia (BI) dan Pemerintah melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID).
BACA JUGA:Bank Indonesia dan Bloomberg Pastikan Kesiapan Fallback Rate untuk Gantikan JIBOR pada 2026
Melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), upaya pengendalian inflasi di sektor pangan dilakukan secara merata di berbagai daerah.
"Bank Indonesia yakin inflasi akan tetap terkendali dalam kisaran target 2,5±1% pada 2024 dan 2025," kata Ramdan Denny Prakoso, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia.
Inflasi Inti Terjaga, Pengaruh Kenaikan Harga Komoditas Global
Inflasi inti pada Oktober 2024 mencapai 0,22% (mtm), sedikit meningkat dibandingkan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,16% (mtm).
Kenaikan inflasi inti ini didorong oleh harga komoditas global yang lebih tinggi, meski ekspektasi inflasi tetap berada dalam kisaran sasaran.
BACA JUGA:OJK Terbitkan POJK 15/2024 untuk Perkuat Integritas Pelaporan Keuangan Bank
BACA JUGA:Layanan Weekend Banking BRI Daftar Lengkap Kantor Cabang yang Buka di Akhir Pekan
Inflasi inti Oktober 2024 dipengaruhi terutama oleh kenaikan harga emas perhiasan, nasi dengan lauk, dan kopi bubuk. Secara tahunan, inflasi inti tercatat 2,21% (yoy), naik dari inflasi inti bulan sebelumnya yang sebesar 2,09% (yoy).
Deflasi di Kelompok Volatile Food
Kelompok volatile food, yang mencakup bahan pangan bergejolak, mencatat deflasi sebesar 0,11% (mtm) pada Oktober 2024, meskipun angkanya tidak sebesar deflasi bulan sebelumnya yang mencapai 1,34% (mtm).
Penurunan harga pangan ini disebabkan oleh tingginya pasokan berkat periode panen yang masih berlangsung, khususnya untuk komoditas hortikultura seperti aneka cabai, kentang, dan ikan segar.