Ajari Calistung, Kilang Pertamina RU III Entaskan Buta Aksara

Kamis 31 Oct 2024 - 21:52 WIB
Reporter : Martha
Editor : Dandy

BANYUASIN, SUMATERAEKSPRES.ID-Dusun Sembilang dalam wilayah Desa Sungsang IV di Kecamatan Banyuasin II, Kabupaten Banyuasin menyimpan potensi keterbelakangan sosial. Berada di kawasan perairan, jauh dari berbagai akses kebutuhan dasar. Salah satunya pendidikan.

Keberadaan Dusun Sembilang di wilayah perairan membuat banyak warga di sana tak berkesempatan mendapatkan pendidikan yang memadai. Salah satu yang peduli dengan upaya nyatanya yakni PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Refinery Unit (RU) III Plaju. Perusahaan minyak negara itu memberikan perhatian lewat program Corporate Social Responsibility (CSR) atau Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL).

BACA JUGA:Banding, Layangkan Gugatan Perdata, Tak Terima Divonis Enam Tahun

BACA JUGA:Tergantung Hasil Koordinasi

Namanya Program Bahari Sembilang Mandiri yang diinisiasi sejak 2021. Berlanjut hingga sekarang. Sebagai bentuk komitmen terhadap pembangunan berkelanjutan dengan memberikan manfaat pada ekonomi, sosial, lingkungan serta hukum dan tata kelola. 

Yang dilakukan seperti membangun perpustakaan dan rumah edukasi sebagai pendukung pendidikan non formal terutama untuk ibu-ibu yang putus sekolah. Berikut buku-buku bacaan dan kegiatan belajar mengajar. Penerangan dengan memasang PLTS. Ada juga pelatihan pengolahan ikan asin  serta penanaman puluhan ribu pohon mangrove. 

Dampak nyatanya telah dirasakan masyarakat setempat. Kepala Desa (Kades) Sungsang IV, Kecamatan Sungsang, Kabupaten Banyuasin, Romi Candra mengatakan, wilayahnya terdiri dari lima dusun. Yakni Dusun I Ulu, Dusun II Tengah, Dusun III Ilir, Dusun IV Sei Sembilang Darat, dan Dusun V Sei Sembilang Laut. 

Nah, karena di perairan, sebagian warga Dusun IV Sei Sembilang Darat dan Dusun V Sei Sembilang Laut tidak mengenyam bangku sekolah. Terutama SMP dan SMA. “Di sana hanya ada SD. Kalau mau melanjutkan ke SMP dan SMA, harus ke Sungsang,” ujarnya.

Yang jadi masalah, ongkos transportasi dari Sembilang ke Sungsang mahal. Lebih besar dibandingkan dari Sungsang ke Palembang. “Kalau ke Palembang ongkos speedboat sekitar Rp70 ribu. Sedangkan dari Sembilang ke Sungsang Rp100 ribu,” bebernya. 

Karena itu, sebagian penduduk Sembilang hanya menamatkan bangku sekolah dasar. Banyak ibu-ibu di sana yang tidak bisa mengajari anak-anaknya baca tulis dan berhitung (calistung). 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2020, jumlah warga yang buta huruf di Kabupaten Banyuasin 2,69 persen. Dengan rincian, laki-laki 1,81 persen dan perempuan 3,61 persen. Persentase penduduk yang buta huruf ini termasuk dari wilayah Sembilang.

Tapi dengan  peran dan dukungan berbagai pihak, persentase buta huruf di Kabupaten Banyuasin pada tahun 2021 berkurang menjadi 1,31 persen. Dengan rincian buta huruf laki-laki 0,75 persen dan perempuan 1,88 persen. 

Sedangkan untuk angka melek huruf, pada 2020 sebesar 96,67 persen. Dengan rincian laki-laki 97,93 persen dan perempuan 98,36 persen. Pada 2021, dengan berkurangnya masyarakat yang buta huruf, angka melek huruf di Kabupaten Banyuasin naik menjadi 98,69 persen. Rinciannya, laki-laki 99,24 persen dan 98,12 persen. 

Salah satunya berkat peran serta Kilang Pertamina Internasional RU III Plaju yang menyasar Dusun Sembilang. “Kalau yang pernah ikut belajar bersama ketika tim dari Pertamina datang, ada sekitar 35-40 ibu-ibu yang diajari mengenal huruf dan angka. Alhamdulillah, mereka sudah bisa membaca walau pun sambil mengeja. Tidak lagi buta huruf,” tutur Romi.  

Karena itu, mereka sebagai perangkat desa sangat berharap program yang sangat baik dan bermanfaat. “Harapan kami bisa dilanjutkan kembali. Dengan begitu, bisa makin banyak warga di Desa Sembilang IV, khususnya Dusun IV dan V yang melek huruf dan angka,” tandasnya.

Kategori :