Secara normal, harusnya tren suhu udara mulai menurun sejak pertengahan Oktober, setelah terjadi pergeseran titik kulminasi matahari yang telah bergerak lebih jauh ke selatan dari Sumsel. Namun, karena adanya gangguan kondisi atmosfer berupa siklon tropis menyebabkan suhu panas ekstrem.
Faktor iklim skala regional dan global berupa suhu muka laut yang hangat yang memberi kontribusi peningkatan suhu udara di atas daratan. Seiring dengan telah masuknya musim hujan di wilayah Sumsel, jumlah curah hujan akan meningkat sehingga suhu udara akan menjadi lebih dingin. Hal ini juga didukung oleh peningkatan pertumbuhan awan pada periode musim hujan
“Curah hujan yang turun pada awal November diprakirakan akan mengalami peningkatan. Masyarakat dihimbau tetap waspada terhadap kondisi ekstrem yang sesaat,” imbuhnya. Penggunaan pakaian yang menutupi badan akan mengurangi resiko yang dapat ditimbulkan dari radiasi matahari.
Tak hanya Palembang, cuaca panas terik juga melanda wilayah Kabupaten OKU. Koordinator Dalops BPBD OKU, Gunalfi menyampaikan hasil monitoring cuaca melalui alat AWS milik BPBD OKU. “Suhu udara hari ini (Selasa) berkisar 38,5° C,” ungkapnya.
BACA JUGA:Perubahan Cuaca Ekstrem di Palembang: Siang Terik Berawan, Malam Hujan Petir Waspadai Hari Ini
BACA JUGA:Waspada! BMKG Rilis Peringatan Dini untuk Cuaca Ekstrem di Sumatera Selatan
Ia berharap masyarakat bisa tenang dan jangan panik berlebihan. “Kalau keluar rumah menggunakan penutup kepala dan pakaian yang bisa menutupi tubuh dari teriknya suhu. Perbanyak minum juga,” pungkas dia.
Sementara, prakiraan cuaca dari BMKG Sumsel, hari ini (30/10) diprediksi akan turun hujan petir di empat daerah. Yakni Banyuasin, Empat Lawang, Lahat dan Musi Banyuasin.
Wilayah Empat Lawang dan Lahat hujan petir potensi terjadi pada sore hari. Sedangkan Banyuasin dan Musi Banyuasin hujan petir diprakirakan terjadi pada malam hari. Secara umum, pagi hingga siang hari cuaca di Sumsel cerah hingga berawan, dengan suhu masih tinggi berkisar hingga 36 °C.
Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani mengatakan, kondisi ini masih akan bertahan hingga beberapa hari ke depan. "Terutama di wilayah Jawa hingga NTT. Perubahan cuaca sangat dinamis dan tergantung pada dinamika cuaca regional dan pola pergerakan atmosfer secara keseluruhan yang sedang aktif di wilayah Indonesia," tukasnya.
Dari publikasi Analisis Dinamika Atmosfer Dasarian II Oktober 2024 pada 23 Oktober lalu, sejumlah wilayah di Indonesia kini tengah mengalami hari tanpa hujan (HTH) ekstrem panjang atau lebih dari 60 hari.
HTH kategori Sangat Panjang (31-60 hari) terjadi di wilayah Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah.Lalu, HTH kategori Ekstrem Panjang (>60 hari) terjadi di wilayah Jawa Barat, Jawa Timur , Bali, NTB, NTT, Sulawesi Selatan, dan Maluku. Sedangkan HTH terpanjang terjadi di Pakistaji dan Probolinggo, Jawa Timur selama 179 hari.