Konstruksi Tanggul dan Tembok Penahan Menginspirasi Nama Jalan Tembok Baru di Palembang

Selasa 29 Oct 2024 - 19:41 WIB
Reporter : Dudun
Editor : Irwansyah

SUMATERAEKSPRES.ID – Lorong Tembok Baru yang terletak di kawasan 9/10 Ulu, Palembang, menyimpan sejarah yang mendalam seiring perkembangan kota, terutama dalam aspek tradisi dan dinamika sosial masyarakat pesisir Sungai Musi.

Dikenal sebelumnya sebagai "Sungai Tembok Baru," area ini merupakan salah satu anak sungai yang mengalir menuju Sungai Musi, yang berperan penting dalam perekonomian dan transportasi di Palembang.

Tjiknung, salah satu warga RT.11 di kelurahan 9/10 Ulu, berbagi cerita mengenai asal-usul nama Tembok Baru. "Nama itu sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu.

BACA JUGA:Sungai Tapak Nyari Berubah jadi Lorong Bersejarah, Benarkah Menyimpan Legenda Pahlawan dan Harta Karun?

BACA JUGA:Perahu Jukung Tenaga Surya Solusi Ramah Lingkungan untuk Transportasi Sungai

Saya sendiri sudah 72 tahun, dan nama ini sudah ada sejak saya kecil," ungkapnya. Ia menambahkan bahwa kawasan ini dulunya merupakan wilayah perairan yang dikelilingi sawah dan rawa, meski kini telah banyak berkembang menjadi pemukiman.

Jalan Tembok Baru membentang di depan, menghubungkan Ahmad Yani dengan Plaju, sementara sisi dalamnya terhubung ke jalan KH Azhari.

Ratusan warga kini tinggal di sepanjang bantaran sungai, yang dulunya merupakan tempat bermain dan mencari ikan bagi anak-anak. Tjiknung mengingat, "Dulu airnya jernih, dan tempat ini sangat hidup."

BACA JUGA:Sejarah dan Makna Sungai Sei Semajid, Dari Jalur Transportasi hingga Warisan Budaya Palembang

BACA JUGA:Sejarah Tersembunyi Jalan Pantai Musi, Dari Sungai Kini Menjadi Destinasi Wisata

Nama "Tembok Baru" merujuk pada konstruksi tanggul dan tembok penahan yang dibangun pada masa kolonial Belanda untuk mengatasi masalah erosi dan banjir.

Pada waktu itu, Sungai Tembok Baru tidak hanya sebagai jalur transportasi, tetapi juga pusat aktivitas masyarakat, di mana nelayan, pedagang, dan pengrajin memanfaatkan sungai untuk bertransaksi.

Namun, seiring waktu, sungai tersebut mengalami pendangkalan akibat sedimentasi dan perubahan aliran, sejalan dengan urbanisasi dan pergeseran gaya hidup masyarakat.

Pada pertengahan abad ke-20, pemerintah setempat mulai melakukan revitalisasi kawasan ini, mengubah jalur sungai yang menyempit menjadi lorong pejalan kaki.

Kategori :