SUMATERAEKSPRES.ID - Muatan kurikulum hendaknya lebih ramping dan minimalis tapi lebih luas dan mendalam cakupan substansinya. Struktur kurikulum yang terlalu besar atau terlalu gemuk akan menjadi beban yang sangat berat bagi peserta didik, sehingga mereka kurang mampu untuk mengembangkan bakat dan minatnya karena terbatasnya waktu kegiatan belajar mengajar (KBM) akibat struktur kurikulum yang terlalu padat.
Mata pelajaran yang dipelajari hendaknya adalah mata pelajaran yang benar-benar menjadi prasyarat untuk studi lebih lanjut dan benar-benar untuk menyongsong peserta didik hidupp di masa mendatang. Mata pelajaran yang “tidak penting” dapat dipelajari secara mandiri terstruktur sehingga tidak terlalu menyita waktu KBM.
Penting juga untuk memberikan substansi kurikulum tentang ilmu pengetahuan, sains dan teknologi dalam prosi waktu yang lebih banyak karena akan menjadi basis keilmuan global secara internasional. Menjadikan muatan kurikulum tentang Pendidikan Keagamaan, Budi Pekerti, Pendidikan Moral atau pembangunan Akhlaqul Karimah bagi peserta didik sebagai pelajaran wajib melalui kegiatan tatap muka.
BACA JUGA:Cegah Judol di Kalangan Anak, Perlunya Pendidikan Literasi Financial Masuk Kurikulum Merdeka
BACA JUGA:Belajar Jurnalistik Langsung di Industri, Untuk Mata Pelajaran Teks Editorial
Penguatan karakter melalui muatan kurikulum tersebut adalah suatu keniscayaan karena fakta-fakta tentang rapuhnya karakter peserta didik yang sangat dominan akhir-akhir ini. Penyusunan sumber-sumber atau bahan-bahan belajar yang terstandar sangat diperlukan untuk memastikan tersampaikannya substansi kurikulum yang relatif standar diseluruh wilayan NKRI.
Sistem Pembelajaran dan Guru
Pembelajaran hendaknya lebih menekankan melalui proses-proses experiential learning, learning by doing dan melalu pendekatan constructivist approach. Layanan KBM terhadap peserta didik cerdas istimewa (program akselerasi) hendaknya bisa dilaksanakan lagi sebagai wadah guna memfasilitasi KBM sesuai dengan kemampuan, minat dan bakat peserta didik.
Adalah ironis sekali kalau ada peserta didik yang mempunyai kecerdasan istiewa tetapi tidak dapat terlayani sesuai dengan kebutuhannya. Yang nota bene mereka adalah calon-calon pemimpin terbaik masa depan Indonesia.
BACA JUGA:Daftar 10 Mata Pelajaran yang Kuotanya Paling Banyak Pada Seleksi PPPK Guru 2023
BACA JUGA:Tak Ada Tes Mata Pelajaran, Seperti Inilah Soal Tes UTBK SNBT Nanti
Pembelajaran melalui kegiatan-kegiatan praktik yang kontekstual sangat membantu peserta didik untuk lebih memahami substansi-substansi materi mata pelajaran. Upgrade dan update kompetensi guru sudah sangat mendesak dan harus menjadi agenda pokok yang penting karena banyaknya kesenjangan antara kebutuhan peserta didik untuk menghadapi kelanjutan studi maupun kehidupan masa depannya dibandingkan dengan kondisi guru yang sudah sangat “tertinggal zaman” akibat gap generasi yang sangat jauh perbedaanya, terutama dari sisi kebutuhan peserta didik dengan ketersediaan tenaga pendidik tersebut.
KBM berbasis IT sudah menjadi kebutuhan pokok. Tetapi memaksakan secara menyeluruh untuk melaksanakan KBM berbasis IT tanpa mempertimbangkan kondisi daerah per daerah adalah suatu keputusan yang kurang bijak.
Memberi keleluasaan kepada Pemerintah Daerah untuk mengelola sistem pendidikan berbasis keunggulan lokal dan sesuai dengan kemampuan masing-masing adalah suatu hal yang sangat bijak.
Asesmen
Asesmen masih sangat diperlukan asesmen secara terstandar yang pelaksanaannnya dikoordinir secara terpusat oleh kementerian untuk mengetahui, terutama, tentang kemampuan akademik atau intelektual (ranah kognitif) melalui asesmen literasi dan numerasi peserta didik.
Asesmen tersebut sebaiknya melalui instrumen-instumen yang terstandar baik secara nasional dan/atau internasional. Asesmen terhadap kerlaksanaan kurikulum secara menyeluruh juga sangat perlu untuk dilaksakan secara periodik dan berkelanjutan guna mmastikan apakah suatu kurikulum dapat dan mampu dilaksanakan secara baik dan apakah memang sudah benar-benar sesuai dengan kebutuhan atau tuntutan kemajuan peradaban dan perubahan zaman yang sangat dinamis.
Asesmen hendaknya dilak-sanakan kepada seluruh peserta didik dan bukan melalui sistem sampling sehingga setiap peserta didik bisa merasa lebih bertanggungjawab terhadap kemampuan dan kemajuan belajarnya. Hasil asesmen hendaknya bisa dijadikan sebagai salah satu standar guna menentukan kebijakan-kebijakan perencanaan program pendidikan lebih lanjut.