Langkah pertama PIS dalam menjawab tantangan logistik di Indonesia, adalah memiliki sistem logistik yang efisien dan efektif. Memetakan dan mengawasi dengan ketat performa logistik perusahaan, sehingga dapat terus meningkatkan kualitas pengiriman energi.
Langka kedua, PIS memiliki mekanisme koordinasi yang cermat di internal. Memudahkan perusahaan berkoordinasi antara para pemangku kepentingan dan pelaku industri. Mampu menyokong PIS dalam perencanaan, operasional, dan eksekusi masterplan.
Poin berikutnya adalah strategi menghadapi faktor-faktor ketidakpastian. Seperti yang diketahui, perdagangan dan ekonomi dunia tidak melepaskan diri dari ancaman-ancaman eksternal.
Bencana alam, infrastruktur yang belum merata, kondisi geopolitik, adalah variabel eksternal tak terduga yang perlu diantisipasi. "Dalam mencapai ketiga hal tersebut kami juga menempuhnya melalui pelatihan sumber daya manusia (SDM) dan penggunaan teknologi yang tepat,” beber Yoki.
“Terakhir, regulasi dan dukungan pemerintah membantu kami terus optimal dalam menjaga rantai pasokan energi di seluruh Indonesia,” tambah Yoki, yang sebelumnya menjabat Direktur Optimasi Feedstock & Produk PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI).
BACA JUGA:Gelar AJP 2024, Pacu Publikasi Pertamina, Tertarik Support Musi Run 2024
BACA JUGA:11 UMKM Dapat Fasilitasi Perizinan *Legalitas dan Sertifikasi, di Pertamina SMEXPO Palembang 2024
PIS yang memiliki visi sebagai salah satu pemain utama industri logistik maritim global, berhasil menunjukkan kinerja yang prima untuk ikut menjaga ketahanan energi nasional.
Dalam upaya meningkatkan kinerja sekaligus menjaga ketahanan energi negeri, PIS dan PT Pertamina Hulu Energi (PHE) selaku Subholding Upstream Pertamina, melakukan Memorandum of Understanding (MoU). Kedua perusahaan itu mendukung dalam mewujudkan Net Zero Emission dan dekarbonisasi.
Kesepakatan awal kerja sama penyediaan transportasi liquified CO2 dan receiving terminal dalam pengembangan bisnis karbon. Memungkinkan PHE dan PIS mengambil peran/ posisi di new business CCS, terutama pada CO2 transport dan CO2 storage.
Yoki menyebut, kerja sama dengan PHE ini menjadi tonggak penting bagi PIS dalam memasuki fase pengangkutan karbon sebagai salah satu komoditas yang menjanjikan di masa depan.
“Dukungan pemerintah melalui regulasi saat ini juga memungkinkan kami di Pertamina Group untuk berkontribusi lebih nyata dalam upaya menekan 30% emisi karbon perusahaan pada 2030 sekaligus mengejar Net Zero Emission pada 2060,” kata Yoki.
PIS semakin mantap menatap bisnis pengangkutan karbon, khususnya dalam bisnis Carbon Capture and Storage/Carbon Capture Utilisation and Storage (CCS/CCUS). Bersama mitra strategis Nippon Yusen Kaisha Group (NYK).
“Suka atau tidak, kita harus bergerak cepat untuk mengantisipasi kebutuhan akan CCS di masa depan. Pada saat bersamaan, kami harus berinvestasi untuk menghadapi kebutuhan energi saat ini dan masa depan. Contohnya adalah melalui kerja sama kami dengan NYK dalam mengembangkan transportasi CCS di Indonesia,” ujar Yoki, dalam forum Gastech 2024, di Texas, Amerika Serikat.
Dalam forum tersebut, PIS bersanding dengan 800 perusahaan terkemuka dunia lainnya di sektor energi dan shipping. Seperti Shell, ExxonMobil, Chevron, HD Hyundai Oilbank, hingga Aramco.
TINJAU KAPAL : Yoki Firnandi, CEO PT Pertamina International Shipping (PIS), meninjau salah satu kapal tanker dan berbincang dengan kru kapal.-FOTO: Pertamina International Shipping-