Kata 'Marburg' diambil dari nama sebuah kota di Jerman.
Karena, di sinilah pertama kali (1967) ditemukan penyakit ini.
Saat virus tersebut menyerang dokter hewan dan teknisi laboratorium yang sedang menyiapkan biakan sel dari kera hijau Afrika (Cercopithecus aethiops).
Biakan sel itu akan dipakai sebagai media untuk memproduksi vaksin polio manusia.
Dokter hewan dan teknisi laboratorium tersebut mengalami gejala demam berdarah, setelah kematian kera hijau tersebut akibat demam berdarah.
Kera hijau itu diperoleh dari hutan di Uganda, Afrika.
Setelah sampai di Jerman, beberapa di antara kera hijau tersebut menunjukkan gejala sakit demam berdarah, kemudian mati.
BACA JUGA:Awas, Virus B Bisa Sebabkan Kerusakan Otak Parah hingga Kematian
BACA JUGA:10 Virus Mematikan yang Telah Mewabah dalam Sejarah Manusia
Di bawah mikroskop elektron, Virus Marburg terlihat seperti benang pendek, kadang-kadang melengkung pada salah satu ujungnya sehingga membentuk angka 6 atau 9.
Virus yang berbentuk seperti benang, dimasukkan dalam famili Filoviridae (filo = filamen/benang).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperbarui daftar patogen global yang berpotensi menyebabkan epidemi atau pandemi.
Pembaruan yang termaktub dalam dokumen bertajuk “WHO R&D Blueprint for Epidemics: Pathogens Prioritization, A Scientific Framework For Epidemic And Pandemic Research Preparedness” ini telah dipublikasikan pada 30 Juli 2024.
Dokumen tersebut menekankan pentingnya kesiapsiagaan, kolaborasi, dan kerja sama internasional dalam mempercepat penelitian dan pengembangan tindakan penanggulangan medis untuk menangani ancaman epidemi dan pandemi di masa depan.
Upaya-upaya itu harus diarahkan melalui peningkatan deteksi, pemantauan, dan respons terhadap wabah penyakit menular.
Kepala Pusat Kebijakan Kesehatan Global dan Teknologi Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Bonanza Perwira Taihitu mengatakan, Indonesia aktif berperan dalam memperkuat sistem kesiapsiagaan global demi menghadapi ancaman penyakit menular baru.