LAHAT, SUMATERAEKSPRES.ID - Bancana banjir dan longsor di Kabupaten Lahat, hampir setiap tahun terjadi.
Beberapa hari lalu, banjir bandang terjadi di Sungai Mana Tanjung Sakti Pumu.
Menyebabkan satu warga hanyut dan beberapa infrastruktur mengalami kerusakan.
Pihak UPTD Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Wilayah XI Kikim Pasemah saat diwawancarai Sumatera Ekspres, menjelaskan beberapa hal.
Kepala UPTD KPH Wilayah XI Kikim Pasemah, Wayu Pamungkas S.Hut M.Ap mengungkapkan.
Dari analisa yang dilakukan bahwa kualitas tutupan hutan di hulu DAS (Daerah Aliran Sungai) Manna dalam kondisi yang tidak baik.
BACA JUGA:Sempatkan Jenguk Warga Sakit di Tengah Kampanye, Aksi Ratu Dewa Banjir Doa dan Air Mata
BACA JUGA:Mobil Terendam Banjir? Ini Langkah Darurat yang Wajib Kamu Tahu
Untuk kawasan hutannya yakni Kawasan Hutan Lindung Bukit Dingin.
"Kondisi hutan yang tidak baik ini didorong oleh perambahan hutan. Dari yang awalnya hutan, saat ini sebagian menjadi areal perkebunan. Atau tutupan lahan di kawasan tersebut didominasi oleh lahan perkebunan," ujar Kepala UPTD KPH Wilayah XI Kikim Pasemah, Wayu Pamungkas S.Hut M.Ap, Rabu (2/10).
Lanjutnya, Penurunan kualitas tutupan lahan di kawasan hutan menyebabkan berkurangnya kemampuan hutan untuk mengatur tata air. Hal ini
Kemudian berpengaruh pada tingginya laju runoff (aliran permukaan) yang mengali dari hulu menuju badan sungai. Sehingga meningkatkan risiko banjir bandang dan longsor.
Rehabilitasi hutan diperlukan melalui kegiatan seperti penanaman pohon dan pembangunan konservasi tanah dan air.
"Untuk wilayah DAS (Daerah Aliran Sungai) Manna, kewenangan anggaran dan pelaksanaan program rehabilitasi hutan beradi di Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Ketahun. UPTD KPH Wilayah XI telah menyampaikan permohonan secara resmi ke Direktorat Jenderal PDAS KLHK untuk merencanakan kegiatan rehabilitasi hutan di DAS Manna," tambahnya.
BACA JUGA:Prioritas Rodi Wijaya untuk Lubuklinggau: Kota Bebas Banjir dan Infrastruktur Modern