PALEMBANG,SUMATERAEKSPRES.ID – Haji adalah ibadah paripurna atau puncak pencapaian spiritual umat muslim. Tapi bagi sebagian banyak orang, berhaji mungkin terdengar begitu berat. Salah satunya faktor biaya.
Namun ternyata, biaya yang tidak terjangkau itu bukanlah penghambat. Tidak ada yang tak mungkin, jika Allah Swt sudah berkehendak. Hal itu terjadi kepada saya, langsung’menyerah’ ketika mendengar ongkos ibadah haji. Rp36 jutaan kala itu, tahun 2014.
Semua itu berawal ketika suatu malam, di awal Januari 2014. Malam itu di ruang redaksi Harian Sumatera Ekspres, mulai sepi. Waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 22.00 WIB.
Pemimpin Redaksi kala itu, tiba-tiba teringat akan siapa redaktur akan ditugaskan peliputan musim haji 1435 H/2014 M. Ternyata, redaktur senior yang ditunjuk baru menjawab belum siap. Si Bos mulai panik. Waktu dianggap sudah mepet.
BACA JUGA:Indeks Kepuasan Haji 2024 Tembus 88,20, Apa Rahasia di Baliknya?
BACA JUGA:Kemenag Tegaskan Proses Pengadaan Layanan Haji 2024 Sudah Sesuai Aturan yang Berlaku
Pandangannya lalu tertuju kepada kami, beberapa redaktur muda yang masih duduk di depan komputer masing-masing. Tiba-tiba di Si Bos memanggil saya, diminta mendekat ke mejanya.
”Kamu siap nggak? Saya tunggu jawabannya 10 menit,” cetusnya setengah membentak. Perasaan saya pun campur aduk, sempat terdiam. Masih shock, takut kena marah. Entah apa alasan Si Bos memilih saya.
Sebab untuk jurnalis bidang hukum dan kriminal, selama itu belum pernah ada yang dikirim penugasan liputan haji. Peliputannya dianggap masih berbau kriminal, maksiat, dan terkait hiburan malam. Tidak cocok untuk liputan religi.
Akhirnya saya pun meminta izin terlebih dahulu, untuk berkomunikasi dengan keluarga. Sementara waktu 10 menit yang diberikan, terus berjalan. Pertama, saya menelpon istri. Sebab, putri kedua kami baru berumur 4 bulanan saat itu.
BACA JUGA:Besok Terakhir Pelunasan Ongkos Haji, Tak Melunasi Berarti Mengundurkan Diri. JCH Cadangan Bersiap
BACA JUGA:Perpanjang Pelunasan Ongkos Haji Tahap 1, Hingga 23 Februari, Tahap 2 Ikut Mundur
Jelas yang terpikir, bagaimana istri mengurus sendirian 2 anak yang masih kecil-kecil. Sebab akan cukup lama ditinggal, 39-40 hari. Belum lagi apakah yang di rumah akan berkecukupan, jika ditinggal selama sebulan lebih.
Anggapan orang-orang tua memasrahkan diri ketika pergi haji, juga terbayangkan. Dihantui rasa was-was, terbang selama 9 jam dari Palembang ke Arab Saudi. Takut pesawat terbangnya jatuh lah, busnya kecelakaan, dan lain sebagainya.
Namun istri coba meyakinkan. Katanya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan terbang 9 jam. Wajar, karena dia mantan pramugari.