SUMATERAEKSPRES.ID - Penentuan franchise fee dan royalty fee yang tepat sangat krusial untuk menjaga keseimbangan antara kepentingan pemilik franchise dan franchise.
Perhitungan yang akurat akan memastikan bahwa pemilik franchise tidak merasa dirugikan, sementara franchisee juga tidak terbebani dengan biaya yang terlalu tinggi.
Dalam menghitung franchise fee dan royalty fee, berbagai pendekatan perlu dipertimbangkan untuk menentukan harga yang adil dan berkelanjutan.
BACA JUGA:Bahaya dan Cara Aman Memilih Karpet Mobil Aftermarket
BACA JUGA:5 Negara Paling Miskin di Dunia, Nomor 4 Punya Keindahan Alam Melimpah
Pendekatan Market-Oriented
Pendekatan market-oriented berfokus pada penetapan harga yang sesuai dengan kondisi pasar. Metode ini melibatkan analisis harga yang ditetapkan oleh pesaing dalam industri yang sama.
Misalnya, jika Perusahaan A menetapkan royalty fee sebesar 5% dari penjualan kotor, sementara Perusahaan B menetapkan 6%, pemilik bisnis dapat menentukan harga rata-rata dari kedua angka tersebut untuk menentukan fee yang kompetitif.
Jika proses perhitungan terlalu rumit, pemilik bisnis dapat memilih angka yang sama dengan salah satu pesaing sebagai solusi praktis.
BACA JUGA:Peningkatan TPK Hotel Bintang di Sumatera Selatan pada Juli 2024, Didukung Event Besar
BACA JUGA:Kemenag Buka Kesempatan Beasiswa Non-Degree untuk Santri, Targetkan SDM Pesantren Unggul
Metode customer-oriented menilai daya beli konsumen sebagai dasar penetapan harga. Dalam pendekatan ini, harga dapat bervariasi tergantung pada wilayah geografis dan daya beli masyarakat setempat.
Misalnya, franchise yang beroperasi di Bali mungkin menetapkan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan franchise di Jakarta, karena daya beli masyarakat di Bali cenderung lebih tinggi.
Dengan metode ini, harga dapat disesuaikan dengan ekspektasi dan kemampuan membayar konsumen di masing-masing daerah.
Pendekatan cost-oriented menetapkan harga berdasarkan biaya yang dikeluarkan untuk mengembangkan sistem franchise.