Berikut ini deretannya:
1. Gaya pengasuhan
Sebagian besar Generasi Alfa dibesarkan oleh orang tua milenial yang menerapkan strategi berbeda dari generasi sebelumnya.
Mereka tidak keras pada anak-anaknya, melainkan membiarkan anak menjadi bagian dari proses pengambilan keputusan dan berusaha untuk lebih memahami mereka.
"Hal ini mengembangkan pemikiran mandiri dan keterampilan memecahkan masalah pada anak-anak yang dapat membuat mereka merasa berdaya, lebih percaya diri, dan praktis tidak takut," jelas Ryan Fedoroff, MEd, dari Layanan Kesehatan Newport.
2. Teknologi
Tak heran jika teknologi berperan dalam kebangkitan generasi Musang Madu.
Internet dan media sosial menciptakan generasi yang bisa melihat apa pun, kapan saja, termasuk ketidakadilan sosial.
Teknologi juga memungkinkan anak terhubung dengan orang-orang di seluruh dunia yang berbeda dari mereka.
Hal ini bisa membangun rasa empati pada anak.
"Mereka membela satu sama lain, membela keluarga mereka, membela orang asing, karena mereka merasa sangat terhubung dengan orang lain," kata Laura.
3. Mengenal isu di tahun 2020
Masa pandemi COVID-19 kemungkinan besar memengaruhi sikap anak yang lahir sebagai generasi Musang Madu.
Tidak hanya itu, kampanye Black Lives Matter yang menuntut keadilan terkait ras ini mungkin juga berpengaruh.
Keduanya terjadi di tahun 2020 di mana Generasi Alfa menyaksikan peristiwa bersejarah yang terjadi dalam waktu kurang dari 265 hari.
Hal ini pun turut membentuk siapa mereka saat ini.