Fenomena keterlibatan mahasiswa dalam aksi unjuk rasa tidak lepas dari beberapa faktor utama:
1. Kesadaran Sosial yang Tinggi: Mahasiswa dari jurusan-jurusan ini biasanya memiliki kesadaran sosial yang lebih tinggi. Mereka belajar tentang struktur sosial, ekonomi, dan politik yang kompleks, serta dampak kebijakan terhadap masyarakat.
2. Lingkungan Akademik yang Mendukung Diskusi Kritis: Kurikulum dan lingkungan akademik yang menekankan pentingnya berpikir kritis dan analitis mendorong mahasiswa untuk terlibat dalam aksi sosial.
3. Pengaruh Sejarah dan Tradisi Gerakan Mahasiswa: Banyak kampus di Indonesia memiliki sejarah panjang keterlibatan dalam gerakan mahasiswa. Tradisi ini diwariskan dari generasi ke generasi, menciptakan budaya protes di kalangan mahasiswa.
4. Akses terhadap Informasi dan Media Sosial: Mahasiswa memiliki akses yang luas terhadap informasi dan media sosial, yang memudahkan mereka untuk mengorganisir aksi dan menggalang dukungan.
5. Keterbukaan terhadap Isu-Isu Baru: Mahasiswa cenderung lebih terbuka terhadap isu-isu baru dan bersedia mengambil risiko untuk memperjuangkan apa yang mereka yakini.
Jurusan-jurusan kuliah di Indonesia seperti Ilmu Politik, Sosiologi, Hukum, Ilmu Komunikasi, Filsafat, Ekonomi, dan Kesehatan Masyarakat memiliki kecenderungan tinggi untuk terlibat dalam aksi unjuk rasa.
Keterlibatan ini dipicu oleh berbagai faktor, termasuk kesadaran sosial, lingkungan akademik yang mendukung, dan pengaruh media sosial.
Aksi unjuk rasa menjadi salah satu cara bagi mahasiswa untuk mengekspresikan ketidakpuasan mereka terhadap kebijakan yang dianggap tidak adil dan untuk mendorong perubahan sosial yang lebih baik.