Perubahan Ekonomi: Krisis yang memicu kerusuhan mendorong reformasi ekonomi besar-besaran, termasuk penguatan sektor keuangan dan perbaikan tata kelola perusahaan untuk menarik investasi asing.
BACA JUGA:Ribuan Demonstran Pro-Palestina Unjuk Rasa di Berlin, Jerman
BACA JUGA:Pendemo Tewas Serangan Jantung, Diduga Intimidasi Satpam PT Pinago
Hubungan Etnis: Kerusuhan memperburuk hubungan antara etnis Tionghoa dan kelompok etnis lainnya, meskipun upaya memperbaiki hubungan ini melalui kebijakan inklusif dan pengakuan kontribusi etnis Tionghoa telah dilakukan.
Kesadaran Hak Asasi Manusia: Tragedi ini meningkatkan kesadaran tentang hak asasi manusia dan perlindungan terhadap minoritas, memicu munculnya berbagai organisasi non-pemerintah dan aktivis.
Stabilitas Sosial: Meskipun kerusuhan menyebabkan ketidakstabilan jangka pendek, Indonesia berhasil mencapai stabilitas sosial yang lebih baik melalui reformasi dan rekonsiliasi.
Mahasiswa memainkan peran kunci dalam kerusuhan ini. Mereka menjadi pelopor demonstrasi besar-besaran yang menuntut reformasi dan pengunduran diri Presiden Soeharto.
Aksi mereka termasuk pengambilalihan Gedung DPR/MPR yang menyulut ketegangan politik lebih lanjut. Enam tuntutan reformasi yang mereka suarakan, seperti pengadilan untuk Soeharto dan penghapusan korupsi, mencerminkan dorongan kuat untuk perubahan yang lebih besar.
Mahasiswa juga berhasil memobilisasi dukungan luas dari berbagai lapisan masyarakat, menjadikan gerakan reformasi sebagai usaha rakyat yang komprehensif.
Peran mereka dalam kerusuhan Mei 1998 tidak hanya menyumbang pada jatuhnya rezim Soeharto, tetapi juga menandai dimulainya era Reformasi dengan perubahan signifikan dalam sistem politik dan pemerintahan Indonesia.