SUMATERAEKSPRES.ID - Bangun kesiangan adalah kebiasaan yang sering dianggap sepele, tapi nyatanya bisa memiliki dampak buruk bagi kesehatan tubuh.
Namun nyatanya, tak sedikit orang yang bangun kesiangan. Apalagi, mereka yang mempunyai kebiasaan tidur di larut malam dan tidak menjaga pola tidur dan tidak mengatur waktu bangun.
Jika kamu mempunyai kebiasaan buruk itu, yakni bangun siang. Maka sebaiknya kamu harus cepat-cepat menghindarinya dan mengatur pola bangun tidur kamu. Kenapa?
Karena bangun kesiangan bisa mengganggu pola tidur dan mengakibatkan kurangnya waktu istirahat yang cukup. Dengan demikian, tubuh tak mempunyai banyak waktu untuk pulih dan memperbaiki diri setelah aktivitas seharian.
BACA JUGA:Menjelajahi Obyek Wisata Religi di Jawa Tengah: Dari Makam Wali hingga Candi Bersejarah
BACA JUGA:Pemkot Prabumulih Raih Penghargaan UHC 2024: Komitmen Daftarkan Masyarakat ke Program JKN, Mantap!
Waktu tidur yang sedikit karena bangun kesiangan bisa mengakibatkan penurunan konsentrasi dan gangguan pada daya ingat. Hal itu juga berdampak pada produktivitas dan kinerja seseorang di tempat kerja atau sekolah.
Tak hanya itu, risiko terkena berbagai penyakit seperti obesitas, diabetes, dan penyakit jantung juga meningkat karena gangguan pola tidur yang disebabkan karena kebiasaan bangun kesiangan.
Bangun kesiangan juga bisa berdampak negatif pada sistem kekebalan tubuh. Kurang tidur dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, meningkatkan risiko terkena penyakit infeksi, dan memperpanjang masa penyembuhan saat sakit.
Selain itu, kekurangan tidur yang terus-menerus juga bisa mempercepat proses penuaan dini pada kulit dan menyebabkan masalah pada kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan.
BACA JUGA:Pilih Mana Makan Sebelum Olahraga atau Makan Setelah Olahraha, Keduanya Punya Fungsi yang Berbeda
BACA JUGA:Veddriq Leonardo Peraih Emas Olimpiade Kenal Panjat Tebing Sejak SMA. berikut Prestasinya
Bangun kesiangan bisa pula berpotensi menimbulkan masalah pada sistem pencernaan seseorang.
Pola tidur yang tidak teratur bisa memengaruhi produksi hormon yang mengatur nafsu makan, sehingga seseorang cenderung mengalami gangguan pada berat badan dan metabolisme tubuh.
Akibatnya, risiko terkena masalah pencernaan seperti sembelit dan gangguan lambung juga semakin meningkat.