SUMATERAEKSPRES.ID - Menghadapi si kecil yang tantrum dan tak terkendali bisa menjadi tantangan bagi orang tua.
Tantrum adalah bagian normal dari perkembangan balita, tetapi sering kali merepotkan.
Tantrum adalah ledakan emosi yang tidak terkendali pada anak, ditandai dengan teriakan, berguling di lantai, dan perilaku ekstrem lainnya.
Ketika si kecil menunjukkan gejala tantrum seperti menjerit, menendang, memukul, atau menahan napas, orang tua mungkin merasa kewalahan.
Gejala lainnya termasuk merengek, menangis, mendorong, melempar barang, dan menegangkan tubuh.
BACA JUGA:Kenali 9 Ciri Anak yang Kurang Perhatian dan Waktu Orang Tua, Simak Bund!
BACA JUGA:6 Peran Penting Ayah dalam Mengasuh Anak: Lebih dari Sekedar Pemberi Nafkah!
Faktor Pemicu Anak Tantrum
Tantrum sering terjadi pada anak usia 1-3 tahun karena mereka masih dalam tahap awal perkembangan sosial, emosional, dan bahasa.
Anak-anak belum mampu mengomunikasikan kebutuhan dan perasaan mereka, sehingga merasa frustrasi. Namun, anak yang lebih besar juga dapat mengalami tantrum.
Dikutip Sumateraekspres.id dari halodoc, ada beberapa faktor pemicu yang meningkatkan risiko tantrum pada si kecil meliputi:
1. Temperamen Anak: Anak-anak yang lebih sensitif mungkin lebih cepat bereaksi terhadap hal-hal yang membuat frustrasi atau perubahan lingkungan.
2. Stres, Kelaparan, Kelelahan, dan Stimulasi Berlebihan: Kondisi ini mempersulit anak untuk mengekspresikan dan mengelola perasaan mereka.
3. Situasi yang Sulit Diatasi: Misalnya, balita mungkin kesulitan ketika mainannya diambil oleh anak yang lebih besar.
4. Emosi yang Kuat: Rasa khawatir, takut, malu, dan marah dapat membuat anak merasa kewalahan.