Cerita panjang biasanya mengisahkan sejarah masyarakat Muba, seperti cerita Ranggonang, sedangkan cerita pendek umumnya berupa dongeng.
Bentuk Andai-Andai bisa berupa legenda, mite, dan dongeng. Legenda adalah cerita yang dianggap pernah terjadi namun tidak dianggap suci.
Seperti cerita Rio Raos, Lubuk Gong, Gumamia, dan Raja Panenca. Mite adalah cerita suci yang dianggap benar-benar terjadi dan ditokohkan oleh dewa atau makhluk setengah dewa.
Seperti Ginde Sugih, Anjing Menjadi Manusia, Benda Ajaib, Dewi Selang, Puyang Ronan, dan Depati Konedah.
Dongeng adalah cerita yang tidak dianggap benar-benar terjadi dan tidak terikat waktu maupun tempat, seperti Bujuk dan Tupai, Beruk Sayang, Gadis Cantik di Kebun Bunga, Wewe dan Siamang, dan Sang Kadolok.
BACA JUGA:MPLS Dilarang Bullying
BACA JUGA:Galakkan Posyandu, Bikin Kebun Toga 1 Hektare
Andai-Andai telah berkembang jauh sebelum sastra tulis digunakan sebagai wahana untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.
Dalam cerita ini, kita bisa menggali sumber-sumber fakta dan budaya yang meliputi sistem genealogi, kosmologi dan kosmogoni, sejarah, filsafat, etika, moral, serta sistem pengetahuan lokal dan kaidah kebahasaan dan kesastraan.
Dengan memberikan perhatian yang lebih seksama, Andai-Andai bisa lebih dikenal luas sebagai warisan budaya bangsa yang tak akan hilang ditelan zaman.
Andai-Andai masih bisa menjadi bagian penting dari kebudayaan masyarakat Muba, baik bagi pewaris aktif maupun pasifnya. Bagi pewaris aktif, Andai-Andai memiliki kekuatan spiritual yang bisa menjadi pedoman hidup.
BACA JUGA:Apakah Aman Makan Telur Setiap Hari? Ini 6 Manfaatnya untuk Kesehatan!
BACA JUGA:Alternatif Gula Sehat untuk Penderita Diabetes: Apa Saja Pilihannya?
Selain itu, Andai-Andai juga memiliki potensi ekonomi yang besar. Cerita-cerita ini bisa diangkat ke panggung, layar perak, atau layar kaca sebagai seni pertunjukan, atau dijadikan bahan untuk novel, roman, cerpen, atau sandiwara radio.