Para peserta menggunakan perahu panjang yang disebut "bidar," yang biasanya dihiasi dengan warna-warna cerah dan ornamen tradisional.
Perlombaan ini tidak hanya menunjukkan kecepatan dan kekuatan fisik para pendayung, tetapi juga kerjasama tim dan keterampilan dalam mengendalikan perahu.
Setiap perahu bidar diawaki oleh sejumlah pendayung yang berkoordinasi dengan sempurna untuk mencapai kecepatan maksimal.
Sungai Musi tidak hanya menjadi tempat berlangsungnya lomba bidar, tetapi juga merupakan saksi bisu perkembangan sejarah Palembang.
Sebagai salah satu sungai terpanjang di Sumatera, Sungai Musi telah menjadi urat nadi kehidupan bagi masyarakat sekitarnya.
Dari kegiatan perdagangan, transportasi, hingga budaya, Sungai Musi memiliki peran sentral.
Tradisi balap bidar memiliki makna yang mendalam bagi masyarakat Palembang.
Selain sebagai ajang olahraga, bidar juga menjadi sarana untuk melestarikan budaya dan memperkuat ikatan sosial antarwarga.
BACA JUGA:CATAT, Inilah 101 PTS Tujuan Beasiswa Unggulan 2024, Simak Persyaratan dan Prosedur Pendaftaran!
BACA JUGA:Pj Ketua TP PKK Sumsel Melza Ayu Rahmania Silaturahmi Dengan DWP Se-Sumsel
Pemerintah dan masyarakat setempat terus berupaya untuk melestarikan tradisi ini agar tetap hidup dan dikenal oleh generasi muda.
Dalam konteks pariwisata, lomba bidar di Sungai Musi menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
Banyak wisatawan lokal maupun mancanegara yang datang untuk menyaksikan kemeriahan perlombaan dan menikmati keindahan Sungai Musi serta kearifan lokal Palembang.
Bidar di Sungai Musi adalah lebih dari sekadar perlombaan perahu. Ini adalah bagian penting dari sejarah dan budaya Palembang yang mencerminkan semangat dan kekompakan masyarakatnya.
Dengan upaya pelestarian yang terus dilakukan, tradisi ini diharapkan akan terus hidup dan memberikan inspirasi bagi generasi mendatang.
Dalam lomba perahu bidar di sungai Musi, Palembang, biasanya digunakan beberapa jenis perahu tradisional. Beberapa di antaranya adalah: