JAKARTA, SUMATERAEKSPRES.ID - Kementerian Kesehatan menyebutkan, jika dari data International Diabetes Federation (IDF) jumlah penderita diabetes global diperkirakan akan meningkat menjadi 643 juta pada tahun 2030 dan 783 juta pada tahun 2045.
Indonesia sendiri berada di peringkat kelima dengan 19,5 juta penderita diabetes pada 2021, dan diprediksi akan mencapai 28,6 juta pada 2045.
Hal ini menjadi perhatian serius bagi Kementerian Kesehatan karena diabetes melitus dapat memicu berbagai penyakit serius lainnya.
"Diabetes adalah ibu dari segala penyakit. Jika tidak terkontrol, dapat menyebabkan penyakit jantung, stroke, dan kerusakan ginjal yang akan memperburuk masalah dan meningkatkan biaya perawatan," ujar Dr. Eva Susanti dari Kementerian Kesehatan.
BACA JUGA:4 Tips Pencegahan Diabetes Melitus pada Usia Dini, Lakukan Sekarang Atau Menyesal Kemudian!
BACA JUGA:Tips Pengaturan Makan Tepat untuk Penderita Diabetes, Yuk Terapkan 3 Prinsip 3J
Eva menjelaskan bahwa risiko diabetes dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk gaya hidup, riwayat keluarga, kurangnya aktivitas fisik, dan konsumsi gula tinggi secara terus-menerus.
Tingginya konsumsi gula yang tidak diimbangi dengan aktivitas fisik dapat menyebabkan resistensi insulin dan meningkatkan risiko diabetes.
Pada tahun 2013, Kementerian Kesehatan menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2013 tentang Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam, dan Lemak Serta Pesan Kesehatan untuk Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji.
Tujuan peraturan ini adalah agar masyarakat dapat mengetahui kandungan gizi makanan dan minuman melalui label, sehingga bisa menghindari risiko penyakit tidak menular.
BACA JUGA:Punya Kandungan Gula Tinggi, 6 Jenis Buah Ini Sebaiknya Dihindari oleh Penderita Diabetes
"Tingginya gula, garam, dan lemak dikaitkan dengan risiko penyakit tidak menular seperti obesitas, hipertensi, diabetes, kanker, dan penyakit kardiovaskular," tambah Eva.
Eva juga mencatat bahwa pertumbuhan gerai makanan cepat saji di Indonesia sangat pesat, terutama di kalangan anak muda yang memanfaatkan kemudahan teknologi.
Makanan cepat saji umumnya tergolong junk food dengan kandungan serat rendah, namun tinggi gula, garam, dan lemak.