*KOLABORASI BPDPKS - DITJENBUN - BPI DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PEKEBUN SAWIT SUMSEL
SUMATERAEKSPRES.ID-BEST PLANTER INDONESIA (BPI) yang mendapat kepercayaan BPDPKS & DITJENBUN untuk melatih pekebun sawit Sumsel telah menuntaskan seluruh program pelatihannya dalam 2 (bulan) sebanyak 18 batch dengan peserta berasal dari 4 Kabupaten yaitu MUBA, OKI, MUARA ENIM dan LAHAT dengan total peserta 588 pekebun sawit.
Pelatihan digelar dalam 7 Gelombang sejak akhir April 2024 sampai dengan akhir Juni 2024 dan diakhiri dengan menggelar pelatihan 3 batch secara paralel yang pesertanya berasal dari OKI dan LAHAT dan akan berakhir nanti pada tanggal 29 Juni 2024.
Pelatihan Gelombang 7 dibuka secara resmi oleh Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Lahat Vivi Anggraeni, S.STP M.Si yang dihadiri tamu undangan perwakilan dari Dinas Perkebunan Kabupaten OKI Sudirman, Spd. MM dan perwakilan dari Dinas Perkebunan Propinsi Sumsel Rica Oktavia, SP.
Anggraeni dalam sambutannya menekankan agar para peserta pelatihan yang telah mendapat bantuan PSR yang cukup besar dari BPDPKS yaitu 60 juta per 2 Ha, benar-benar bisa memanfaatkan kesempatan pelatihan ini untuk menyerap ilmu yang akan diajarkan oleh BPI, sehingga produktifitas yang saat ini hanya -/+ 15 Ton TBS per Ha per Tahun dapat ditingkatkan menjadi diatas 20 Ton TBS per Ha per Tahun.
BACA JUGA:BPI Mengakhiri Program Pelatihan Sawit Juni 2024 dengan Sukses
BACA JUGA:Tingkatkan Kompetensi, 34 Petani Sawit Lahat Dilatih
Sudirman, Spd. MM yang mewakili Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan OKI dalam sambutannya juga berpesan agar para peserta yang terdiri dari berbagai latar belakang suku ini menjaga ketertiban dan selalu koordinasi dengan panitia apabila ingin ijin keluar dari tempat pelatihan.
Adapun selama mengikuti pelatihan agar peserta secara serius memanfaatkan kesempatan untuk belajar, sehingga kelak potensi produksi kebun hasil pembiayaan PSR bisa mencapai 30 Ton TBS per Ha per Tahun.
Ir. Heri DB, MM selaku Direktur Utama BEST PLANTER INDONESIA (BPI) dalam sambutannya menyoroti pentingnya pelatihan mandor existing yang saat ini bekerja pada koperasi-koperasi yang menjadi wadah organisasi pekebun dengan durasi yang lebih panjang minimal 1 bulan atau 300 Jam.
Hal tersebut dikarenakan mandor sebagai eksekutor di lapangan selain harus menguasai pengetahuan teknis agronomis sawit juga harus memiliki habit atau kebiasaan serta karakter dasar sebagai seorang planter, dan untuk pembentukan habit dan karakter ini membutuhkan pelatihan intensif yang lebih lama dengan komposisi praktek yang lebih besar.
BACA JUGA:Kobaran Api Puluhan Meter, Sumur Minyak Ilegal Meledak di Perkebunan Sawit
BACA JUGA:Minta Disbun Sumsel Tinjau Ulang Izin Pembebasan Lahan dan Plasma Sawit PT SUJ Seluas 1200 Ha di OKI
Oleh karena itu Heri DB dalam kesempatan tersebut mengusulkan agar BPDPKS & DITJENBUN dapat mempertimbangkan untuk mengakomodir program pelatihan mandor existing yang saat ini bekerja pada koperasi-koperasi pekebun dengan program khusus ber durasi 1 (satu) bulan yang mengutamakan pembangunan habit, baik terhadap aktifitas teknis, managerial maupun kepemimpinan. Jumlah mandor yang perlu dilatih menurut perhitungan ideal mencapai 30.000 orang untuk sawit rakyat seluas 6 juta Ha.
Dari hasil survei BEST PLANTER INDONESIA (BPI) yang dilakukan terhadap peserta pelatihan SDM sawit bulan Mei-Juni 2024 yang diambil secara random dengan jumlah responden 233 orang, diperoleh hasil bahwa 65% responden menyatakan bahwa mandor-mandor nya belum pernah mendapatkan pelatihan khusus mandor, 90% responden menyatakan sangat membutuhkan pelatihan mandor.
Adapun materi yang dipilih 58% responden menyampaikan materi Teknik Budidaya dan 37% materi Kepemimpinan.
BACA JUGA:Kepergok Petugas Beraksi Curi Sawit Perusahaan, Berdua, Berhasil Panen 1,87 Ton