Alan Arnette, pelatih pendaki gunung yang mendaki Everest pada tahun 2014, juga merasakan hal yang sama.
Setelah tiga kali gagal, dia berhasil mencapai puncak untuk menggalang dana bagi penderita Alzheimer dan menghormati ibunya.
"Saya sangat yakin bahwa ketika Anda mendaki gunung-gunung ini, Anda akan pulang dalam versi yang lebih baik dari diri Anda sendiri," katanya.
Meskipun Gunung Everest dikenal dengan "mayat yang tergeletak di jalur dan gunung yang dipenuhi sampah," kenyataannya jauh lebih kompleks.
Banyak pendaki yang menemukan kebahagiaan dan pemahaman mendalam tentang diri mereka sendiri melalui pendakian ini.
"Dan itulah alasan kami mendaki gunung," kata Arnette.
BACA JUGA:Keren, Ponpes Al-Ittifaqiqah Ogan Ilir Punya Qimall, Diresmikan Pj Gubernur Sumsel
BACA JUGA:Launching PSA, Sumsel Turunkan Stunting dan Kemiskinan Ekstrem Tercepat di Pulau Sumatera
Gunung Everest tetap menjadi simbol tantangan tertinggi bagi manusia, dan meskipun berisiko, daya tariknya tak pernah pudar.
Para pendaki terus mencari jawaban dan makna di puncak dunia, menunjukkan bahwa semangat manusia selalu siap menghadapi rintangan terbesar sekalipun.