SUMATERAEKSPES.ID - Salah satu masalah terbesar dalam pertanian adalah hama. Biasanya, masalah ini diatasi petani dengan mengaplikasikan pestisida pada tanaman. Tujuannya tak lain memang untuk membunuh hama.
Akan tetapi, pada kenyataannya, seringnya penggunaan pestisida justru meningkatkan populasi hama. Hal ini terjadi karena penggunaan pestisida yang kurang tepat dan bijaksana, kurangnya pengetahuan petani mengenai perhitungan pestisida yang digunakan untuk membasmi hama tanaman.
Dilansir dari paktanidigital, ini adalah 3 faktor yang menyebabkan peningkatan hama setelah penggunaan pestisida pada tanaman.
Ketahanan hama terhadap pestisida.
BACA JUGA:Gunakan Pestisida Alami, Lebih Ramah Lingkungan
BACA JUGA:Inilah 5 Perekat Pestisida Terbaik, Petani Wajib Tahu Lho
Dari banyaknya populasi hama yang ada biasanya terdapat individu yang memiliki sifat genetik tahan terhadap jenis pestisida tertentu. Individu-individu yang tahan terhadap pestisida tersebut akan berkembangbiak menjadi populasi hama.
Hal ini sering dikenal dengan istilah resistensi, yaitu kondisi dimana terdapat populasi hama yang tidak dapat dikendalikan oleh pestisida yang di awal seharusnya berfungsi untuk membunuh populasi hama tersebut.
Di Indonesia, terdapat beberapa jenis hama yang bersifat resisten terhadap pestisida, seperti hama kubis Plutella xylostella, hama kubis Crocidolomia pavonana, hama penggerek umbi kentang Phthorimaea operculella, dan ulat grayak Spodoptera litura.
Beberapa hama tanaman padi juga ada yang resisten terhadap jenis pestisida tertentu, seperti wereng coklat (Nilaparvata lugens), hama walang sangit(Nephotettix inticeps) dan ulat penggerek batang (Chilo suppressalis). Bahkan, ketiga jenis hama tersebut mengalami peningkatan ketahanan terhadap pestisida.
Dengan adanya peningkatan ketahanan hama terhadap pestisida, petani terdorong untuk semakin sering melakukan penyemprotan pestisida, bahkan menambah dosisnya. Padahal, penggunaan pestisida yang berlebihan ini dapat kembali meningkatkan peningkatan populasi hama. Dalam hal ini, cara kerja pestisida hampir sama dengan cara kerja antibiotik.
Resurgensi hama
Pada tahap awal, penggunaannya memang cukup berhasil untuk menekan populasi hama. Namun, dalam periode tertentu, hama dapat meningkat karena pestisida juga mengakibatkan matinya musuh alami hama.
Inilah yang dikenal dengan resurgensi, yakni kondisi di mana pestisida, sebagai racun yang berspektrum luas, juga membunuh musuh alami hama, seperti polinator, burung, ikan, dan musuh alami lainnya.
BACA JUGA:Ini Tips Mengaplikasikan Pestisida dengan Benar, Petani Wajib Tahu
BACA JUGA:Atasi OPT, Gunakan Pestisida Ini, Aman dan Ramah Lingkungan
Selain karena matinya musuh alami hama, resurgensi hama juga dapat disebabkan oleh jenis-jenis pestisida tertentu yang justru memacu peningkatan telur serangga hama. Hal ini telah dibuktikan oleh International Rice Research Institute terhadap hama Wereng Coklat (Nilaparvata lugens).
Timbulnya hama sekunder
Melalui penggunaan pestisida, petani mungkin merasakan populasi hama semakin berkurang.
Namun di balik itu, ada hal lain yang menjadi masalah. yakni munculnya hama baru yang sebelumnya tidak menjadi masalah—setelah populasi hama lama terkendali.
Jenis hama tertentu dapat dikendalikan oleh musuh alami.