"Kami menyalurkan kredit ke segmen ritel dan UMKM yang risikonya lebih tinggi. Meskipun NPL gross tinggi, selama provisi mencukupi dan menghasilkan profit, ini tidak masalah," kata David kepada Kontan baru-baru ini.
Mengenai kerjasama dengan fintech Investree, David menjelaskan bahwa hubungan B2B telah berhenti dan Bank Amar kini hanya memiliki hubungan sebagai pemegang saham, tanpa kaitan dalam penyaluran kredit.
"Kami telah menghentikan kerja sama channeling dengan Investree karena berbagai alasan," jelasnya.
Selain itu, Bank Amar juga akan meningkatkan penyaluran kredit ke segmen korporasi dan komersial melalui kerja sama dengan perusahaan Supply Chain.
BACA JUGA:Survei 95 Bank, OJK Sebut Kinerja Perbankan Membaik di Triwulan II-2024
Bank digital lainnya, BNC, juga melaporkan peningkatan rasio NPL gross dari 3,53% menjadi 3,94% per Maret 2024.
Direktur Bisnis BNC, Aditya Windarwo, mengatakan bahwa pihaknya menargetkan rasio NPL gross maksimal di level 3,5% tahun ini.
"BNC terus memperbaiki kualitas kredit dengan lebih hati-hati dan pemantauan yang ketat," kata Aditya.
Salah satu strategi BNC tahun ini adalah mengurangi penyaluran kredit melalui channeling dengan fintech dan lebih fokus pada penyaluran kredit langsung atau direct loan.
Selain BNC dan Bank Amar, Bank Raya juga mencatat peningkatan rasio NPL gross pada Kuartal I-2024, mencapai 4,28% dari 4,10% pada tahun lalu.
Superbank juga mencatat kenaikan menjadi 4,76% per Maret 2024 dari sebelumnya 3,97%.
Dari bank umum lainnya, MNC Bank mengalami peningkatan rasio NPL gross dari 3,58% menjadi 4,23% per Maret 2024.