Untuk gaya balap Syaiful dan Bobby, dinilai Arie Ocktane, masalahnya agak mirip. Soal badannya yang kaku. ”Syaiful, kalau nikung itu pantatnya digeser, ada bisul apa?. Jangan di tengah terus, kalau nikung ke kiri, pantatnya geser ke kiri. Begitupun kalau nikung ke kanan, pantatnya geser ke kanan. Tidak akan jatuh kok. Justru di tengah terus itu, riskan.
Kemudian Bobby, kalau membalap itu badannya akan dibungkukkan. Terus kalau juga kalau belok, kepalanya diturunkan. “Tadi saya liat kepala kamu agak tegak, kaku. Salah bantal apa ya?” guyonnya.
SIRKUIT TRABAZ JAKABARING : Peserta coaching clinic yang digelar IMI Kota Palembang, menjajal sirkuit NP Trabaz Jakabaring, Minggu (24/3)-foto: andrijedor-
Hendri yang menunggangi matic, juga dikomentari Arie Ocktane. ”Kamu pembalap yang kuat sebenarnya, kamu nge-brake-nya kuat. Tapi di balik strong-nya itu, kalau kamu buru-buru, capeknya 2 kali. Lebih baik kamu santai, tapi lebih kenceng. Bagaimana kuncinya, yang penting tahan RPM. Masuk tingkungannya ngelosor, pasti lebih kenceng,” imbuhnya.
Kemudian Kriss, pembalap yang paling bongsor badannya. “Good, dengan badan sebesar ’sumo’ ini, kamu masih bagus. Buka-bukaan 2 TAK koplingnya bagus, tinggal badannya dikurusin,” pesannya.
Sementara Boy yang membawa motor bebek, juga dinilai tangannya masih kurang kuat. “Kamu pake Honda Sonic tadi ya, tenaganya itu paling kuat. Kalo mau kenceng, nge-brake-nya lambat (mendekati tikungan), lepas nikung langsung gaspol. Tapi tangan kamu harus kuat,” imbau Arie Ocktane.
Dari evaluasi hasil jajal sirkuit sesi 1, materi coaching clinic berikutnya pada sesi 2 Arie Ocktane turut ikut membalap. Derry Bonex tetap mengawasi dari pinggir sirkuit, memompa semangat para pembalap muda kota Palembang.
Arie Ocktane yang mengenakan wearpack warna putih bernomor 234, mengawasi langsung dari belakang para pembalap. Seperti Arie Ocktane terus membayang-bayangi Boy, pembalap cilik berusia 12 tahun.
PEMBALAP CILIK : Arie Ocktane menekan dan menyerang pembalap cilik kota Palembang, si Boy, salah satu peserta coaching clinic yang digelar IMI Kota Palembang di Sirkuit NP Jakabaring, Minggu (24/3)-foto: andrijedor-
Arie terus menempel Boy, tapi tidak menyalipnya. Arie seolah mengetes mental Boy, ketika ditekan dan diserang pembalap lain. Hal serupa dilakukannya terhadap pembalap cilik lainnya, Varel. Termasuk Dafa dan Hendri.
Bagaimana hasil evaluasi sesi 2? ”Alhamdulillah, rata-rata ada peningkatan sekitar 80 persen sudah lebih baik membalapnya. Mereka mendengarkan dan menerapkan hasil dari evaluasi sesi 1,” ucap Arie Ocktane.
Sebab menurutnya, dalam membalap road race ini, kekuatan tangan sangat penting. Baik itu saat mengendarai motor matic maupun bebek. ”Ukuran ban juga penting, jangan dilupakan. Sesuaikan postur tubuh. Baut-baut dikencangkan, lalu jangan sampai ada oli atau minyak yang menetes. Bahaya,” katanya mengingatkan.
Terpenting juga, lanjut Arie Ocktane, pahami karakteristik sepeda motor yang dikendarai, dan kenali sirkuitnya. ”Sirkut Trabaz ini, termasuk sirkuit yang santai. Banyak tikungan C, hanya satu tikungan V. Beda dengan sirkuit di jawa Barat, banyak tikungan V. Tapi, membalapnya (di Sirkuit Trabaz) harus tenang. Intinya, membalap yang baik dan benar dulu. Juara itu bonusnya,” pesannya.
Dari penilaiannya, Arie Ocktane menyebut pembalap-pembalap Sumatera, termasuk Kota Palembang ini merupakan pembalap yang kuat. “Berani, tapi grasa-grusu. Makanya harus lebih santai membalapnya, lebih banyak latihan. Kalau pembalap di Jawa Barat tempat saya, agak santai. Mungkin karena tempat latihannya banyak,” imbuhnya.
Ketua IMI Kota Palembang Denny Andrea, mengakui di Sumsel khususnya Kota Palembang, memang belum memiliki sirkuit permanen. “Kalau zaman kami dulu, numpang latihannya di lapangan Bumi Sriwijaya dan GOR. Tapi sekarang tidak ada lagi,” kenangnya.
Setelah itu, tempat latihan balap motor berpindah-pindah. Sehingga cukup lama stop karena tidak ada tempat latihan lagi. Baru sekarang ini ada tempat latihan lagi di Sirkuit Non-Permanen (NP) Trabaz Jakabaring, yang dikelola H Ilham Wahyudi.