Hari raya identik dengan peningkatan konsumsi masyarakat untuk merayakan Lebaran. Ini didorong pula pemberian THR oleh pemerintah atau perusahaan bagi pegawai atau karyawannya yang merayakan.
Pengamat Ekonomi Sumsel sekaligus Dosen Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas MDP, Idham Cholid SE ME mengatakan data menunjukkan pertumbuhan konsumsi rumah tangga sekitar 5-6 persen, selama bulan puasa dan Lebaran. Porsi terbesar peningkatan pengeluaran untuk makanan, pakaian, dan transportasi.
"Tentu ini berdampak pada perubahan harga (inflasi) akibat tarikan permintaan (demand pull inflation), dimana jumlah permintaan meningkat namun tidak diikuti pertambahan penawaran. Oleh sebab itu kita terkadang melihat terjadi kenaikan dari sisi kebutuhan sehari-hari seperti beras, gula, minyak, telur dan daging di masyarakat," ujarnya.
Dikatakan, hal ini tentu tak bisa dihindarkan dan selalu terjadi pada momen Idul Fitri. "Diperkirakan kenaikan harga di bulan puasa dan hari raya menyumbang 0,6 persen. Akibat kenaikan permintaan barang dan belum selesainya permasalahan supply barang kebutuhan pokok yang dihadapi Indonesia," terangnya.
Masyarakat seyogyanya bijak dalam pengeluarannya. Walaupun ada THR untuk membantu kebutuhan hari raya. "Jika tidak bijak mengelolanya akan menyulitkan masyarakat nantinya," sambungnya. Ada prinsip yang perlu diperhatikan dalam mengelola THR. Pertama buat alokasi prioritas penggunaan THR
. "Hal ini dilakukan agar kita bisa mengoptimalkan dana THR yang kita terima," ungkapnya. Lalu pergunakan uang THR untuk membayar kewajiban jangka pendek (hutang), sehingga dapat mengurangi beban melunasi pinjaman atau cicilan kredit yang dimiliki.
Tak kalah penting alokasikan untuk infaq dan zakat minimal 10 persen. "Hal ini sebagai pemenuhan kewajiban dan wujud syukur kita," sarannya.
Jika mudik Lebaran, pastikan anggaran yang dialokasikan tidak lebih dari 50 persen THR. "Pastikan juga pos-pos pengeluaran untuk mudik telah dipenuhi, agar tidak terlalu banyak menggunakan uang tabungan," sambungnya.
Untuk kebutuhan Lebaran, makanan dan pakaian, uang THR sebaiknya tidak boleh lebih dari 25 persen dari dana yang diterima.
Jangan pernah menggunakan pinjaman hanya untuk pemenuhan konsumsi Lebaran. Jika masih terdapat sisa dana, alokasikan untuk investasi baik dalam bentuk pembelian surat berharga, tabungan, maupun investasi lainnya.
BACA JUGA:PTC Mall Palembang Kini Ada Funworld Bowling, Segini Besaran Tarif Main Bowling Disana
"Saat ini instrumen investasi mudah sekali kita temukan dengan jumlah nominal investasi tidak dalam jumlah besar," jelasnya. Selain prinsip-prinsip tersebut, merayakan Lebaran sebenarnya tak perlu berlebihan, tapi bisa dengan kesederhanaan dan khidmat, lebih baik dari pada memaksakan diri merayakan secara meriah namun tak sesuai kemampuan.
Jangan pernah memenuhi kebutuhan yang sifatnya untuk konsumsi, terlebih makanan dan pakaian dengan menggunakan uang pinjaman (utang), karena ini akan buat kesulitan di kemudian hari. “Ingat bedakan antara keinginan (wants) dan kebutuhan (needs). Jika hanya memenuhi keinginan tidak akan pernah selesai," tandasnya. (nni/bis/tin/iol)