Waspadai Kejahatan Digital Selama Ramadan

Rabu 20 Mar 2024 - 21:14 WIB
Reporter : Rendi
Editor : Mario

PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Ramadan 1445 hijriah menjadi momentum Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong literasi dan inklusi keuangan syariah.

Sekaligus mengimbau masyarakat untuk waspada agar terhindar dari kejahatan digital. Khususnya di sektor industri jasa keuangan.

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi menegaskan, pentingnya mengenali modus kejahatan digital yang sering terjadi selama Ramadan.

BACA JUGA:1.400 UMKM Ikuti Pelatihan Gernas BBI-BBWI yang Digelar OJK Sumsel

BACA JUGA:WADIDAW! OJK Kembali Rilis 233 Pinjol Ilegal, Berikut Daftarnya

Seperti, social engineering, phising, card trapping, dan skimming. “Saya ingatkan untuk selalu berhati-hati dan waspada,” kata perempuan yang akrab disapa Kiki itu.

Dia menjelaskan, social engineering merupakan tindakan memanipulasi psikologis korban untuk mendapatkan data dan informasi pribadi.

Dengan tujuan untuk membobol akun keuangan korban. Contohnya, penipuan melalui telepon seolah-olah dari call center bank.

Ada pula modus phising melalui pesan pengiriman parsel. Momen Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri acap kali dirayakan dengan berbagi parsel kepada kerabat.

Bisa juga berupa undangan, tagihan, maupun bukti pengiriman.

BACA JUGA:Ayo, Bergabunglah dengan OJK, Peluang Emas bagi Pencari Karir di Sektor Jasa Keuangan, Ini Kriterianya!

BACA JUGA:POJK 22 Tekan Industri Otomotif, Kenaikan Uang Muka Hingga Suku Bunga

Nah, penipu mengirimkan pesan yang meminta korban untuk membuka atau mengunduh suatu dokumen atau aplikasi. Modus tersebut memancing korban untuk mendapatkan informasi atau data pribadi.

Seperti username, password, m-banking, dan lain-lain. “Jadi hati-hati, jangan sembarangan buka dan unduh aplikasi yang kita tidak yakin,” ucap Kiki.

Bagi yang hendak menarik uang di anjungan tunai mandiri (ATM) juga harus berhati. Pelaku biasa menggunakan card trapping dengan mengganjal lubang kartu di mesin ATM.

Agar kartu nasabah tersangkut dan dapat diambil alih.

Atau bisa juga dengan modus skimming. Yakni menyalin data pada strip magnetik kartu debit. Dengan begitu pelaku dapat mencuri informasi keuangan.

“Penipu menempelkan alat skimmer pada slot kartu ATM, sehingga pelaku dapat menduplikasi kartu nasabah,” bebernya.

Makanya, Kiki menekankan, agar jangan pernah memberikan data atau informasi pribadi dari akun keuangan. Meliputi PIN, OTP, CVV maupun CVC, dan password keuangan kepada pihak manapun.

Ketika membuat akun diharapkan menggunakan password atau PIN yang tidak mudah ditebak. Jangan memakai inisial, tanggal lahir, nomor telepon atau kombinasinya.

“Jangan mengklik link sembarang apalagi dari pihak yang tidak dikenal. Gantilah password dan PIN akun keuangan secara berkala,” bebernya.

OJK berkomitmen akan terus berkolaborasi dan bekerja sama dalam upaya meningkatkan indeks literasi dan inklusi keuangan syariah di Indonesia.

Berdasarkan survei nasional 2022, indek literasi dan inklusi keuangan syariah baru mencapai 9,14 persen dan 12,12 persen.

Masih jauh ketinggalan dibandingkan dengan indeks literasi dan inklusi keuangan nasional sebesar 49,68 persen dan 85,1 persen.

“Keterampilan pengelolaan keuangan selama Ramadan dan lebaran menjadi hal penting yang perlu disampaikan kepada masyarakat untuk mencapai kesejahteraan,” ujarnya.

Menurut dia, risiko terhadap penipuan biasanya meningkat selama bulan puasa. Seiring bertambahnya kebutuhan jelang lebaran.

Kategori :