Dari hasil olahan sampah dari Unit Pengolahan Sampah Terpadu di kawasan agrowisata nanas Karang Jaya bisa saja bukan maggot BSF.
Bisa saja ekstraksi enzym nanas, bisa produk makanan seperti nata de soya, atau langsung untuk pakan ternak sapi dan kambing. ‘’Perlu diusahakan tenaga ahli dan teknologinya ada di Prabumulih, untuk memudahkan proses adopsi teknologinya,” kata Syamsul.
Ditambahkan Siska Antoni, Petani Inovatif Prabumulih penggerak agrowisata nanas, saat kemarau panjang, produksi nanas baik dalam jumlah, ukuran, maupun bobot mengalami penurunan signifikan. ‘’Otomatis pendapatan petani juga turun," terangnya.
Menurut Antoni, selain perubahan tatacara budidaya, banyak hal yang masih perlu dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan petani nanas.
BACA JUGA:Dibalik Mitos Nanas Muda, Terselip Khasiat Jika Dikonsumsi Sewajarnya
BACA JUGA:WOW! Nanas Prabumulih adalah Nanas Termanis di Indonesia? Benarkah?
Dukungan akses pasar, dukungan infrastruktur penunjang, juga perlu inovasi pada produk turunan, bahkan produk turunan berbahan limbah nanas.
‘’Kami pikir, bukan tidak mungkin nanti kulit nanas yang saat ini jadi limbah dari pembuatan kripik di sini, diolah lagi. Bisa untuk budidaya maggot dan jadi pakan ikan atau ayam.
Bisa juga sekalian memanfaatkan limbah produksi serat daun nanas dijadikan pakan sapi atau kambing," tukasnya. (chy)