“Ada rasa kebanggaan menjadi seorang perawat jiwa karena tidak semua orang mau dan mampu menjadi perawat jiwa,” tuturnya. Apalagi ia punya banyak pengalaman misalnya pernah dikejar pasien yang sedang mengamuk sambil membawa pecahan kaca dan batu, bahkan ia juga pernah disiram air kencing oleh pasien.
Yang buat sedih, manakala ada pasien sembuh tetapi ketika dipulangkan malah keluarganya tidak mau menerimanya kembali dan berharap tetap tinggal di rumah sakit saja. “Memang ada stigma negatif di masyarakat tentang para penyandang penyakit jiwa. Mereka ini seolah-olah selalu buruk, menjadi biang kekacauan atau ancaman bagi keluarga dan masyarakat,” tandasnya. (*/fad)
Kategori :