Di samping itu, mengarahkan ke pemain yang tampil untuk dapat membawakan alurnya itu sesuai dengan cerita yang ada ataupun tidak keluar dari jalur atau pakem yang ada selama ini.
Di samping itu, untuk permudah penonton dalam memahami isi cerita yang biasanya dipentaskan memakai bahasa Mandarin, pihaknya juga memasang digital atau layar berbahasa Indonesia.
“Karena pastinya, tidak semua penonton yang hadir ini menguasai bahasa Mandarin. Apalagi saat ini, sulit mengajak anak-anak untuk belajar bahasa Mandarin. Sehingga di saat diajak dan bergabung, mereka alami kesulitan dan tidak siap,” jelasnya.
Dalam setiap lakon yang dipentaskan, jelas Acit, banyak hikmah dan pelajaran yang jua bisa dipetik.
Mulai bagaimana mengajarkan kebaikan, bagaimana menjadi orang jujur, pantang menyerah dan memiliki keberanian di dalam dirinya.
Hal tersebut pula yang diterapkan dan diajarkan ke anaknya. Meski awalnya sempat ditentang isteri aktifitasnya di opera, namun secara perlahan mulai diterima dan menyetujui dirinya aktif di dunia opera.
Untuk memastikan penampilan pemainnya berjalan sukses, ia meminta kepada semua pemainnya untuk berlatih 2-3 jam setiap harinya.
Tapi, jelang pementasan, ditargetkan latihan untuk satu peran atau lakon dilakukan paling lama lima hari.“Setiap latihan 2-3 jam per hari.
Untuk ada pementasan, biasanya latihan selama lima hari. Tapi selalu saya ingatkan kepada para pemain, usahakan bisa dilakukan dua hari saja dan harus sudah hafal karakter dari peran yang akan dibawakannya,” terang Acit.(afi/lia)