Tanggal ini dipilih karena pada saat itu terjadi peristiwa pembunuhan dalam memperjuangkan bahasa Bangli di Bangladesh pada 1952.
Peristiwa itu dimulai pemberontakan karena Gubernur Jenderal Pakistan mendeklarasikan bahasa Urdu sebagai bahasa resmi Pakistan.
Beberapa kelompok yang menolak keputusan tersebut, yaitu warga Pakistan Timur yang memiliki Bahasa Bangli hingga terjadi demonstrasi.
Kini, setiap tahunnya warga Bangladesh akan merayakan Hari Bahasa Ibu Internasional dengan mendatangi Shaheed Minar.
Shaheed Minar adalah monumen yang dibangun mengenang para martir dan replikanya untuk mengungkapkan kesedihan dan memberi penghormatan.
Bahasa ibu bukan hanya menjadi alat komunikasi, melainkan juga sebagai salah satu langkah melestarikan bahasa itu sendiri.
BACA JUGA: Menjaga Kelestarian Bahasa Lokal, Kemenag Bakal Luncurkan Penerjemahan Al-Qur’an Bahasa Betawi
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, bahasa daerah menjadi salah satu kategori bahasa ibu yang diterapkan di Indonesia.
Mengutip dari hasil riset Badan Bahasa dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, terdapat sebanyak 718 bahasa daerah Indonesia.
Jumlah bahasa ibu dalam kategori bahasa daerah dirincikan sebanyak 11 bahasa daerah telah punah, 4 dalam keadaan kritis, 16 rentan.
Angka tersebut sewaktu-waktu bisa saja bertambah atau berkurang seiring dengan penelitian yang terus dilakukan pemerintah.
Untuk itu perlu adanya program pemerintah dan masyarakat untuk lebih giat dalam menggalakkan pelestarian bahasa daerah di bumi pertiwi.
Bahasa daerah sudah seharusnya menjadi bahasa ibu, diperkenalkan sejak kecil dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan kehidupan bersosial.
Di lingkungan sekolah sendiri, bahasa ibu yang merupakan bahasa daerah ini dimasukkan ke dalam muatan lokal kurikulum.
Demikianlah penjelasan lengkap tentang Hari Bahasa Ibu Internasional.(lia)