Selain akibat polusi cahaya, kunang-kunang juga mulai menghilang dari dunia akibat pengrusakan habitat alami dan penggunaan pestisida berlebih.
Tidak seperti spesies-spesies hewan yang mudah beradaptasi, kunang-kunang membutuhkan ekosistem tertentu untuk bertahan hidup.
Salah satu spesies kunang-kunang di Asia Tenggara hidup di pohon bakau yang melingkupi area sungai.
Pejantan spesies itu menggunakan cahayanya di malam hari untuk menarik betina di sekitar pohon bakau, dan beberapa spesies lainnya bahkan memperlihatkan koordinasi cahaya yang menarik untuk dilihat.
BACA JUGA:Baru Tau, Ternyata Fakta Siklus Hidup Laron Sungguh Tragis
Spesies kunang-kunang seperti itu hanya dapat hidup di daerah sungai karena mereka harus menanamkan telurnya di lumpur tepian sungai.
Masalahnya, pengrusakan sungai dan penggantian lumpur tepi sungai dengan semen dan beton menjadikan sebagian kunang-kunang kehilangan habitatnya.
Beberapa spesies kunang-kunang tidak bisa terbang jauh, dan beberapa lainnya bahkan tidak terbang sama sekali.
Jika ekosistem kunang-kunang itu dirusak, maka sangat sulit agar mereka tetap bertahan di ekosistem barunya.
BACA JUGA:Dikenal Sebagai Predator Lautan, Ternyata Ikan Hiu Tidak Memiliki Tulang, Benarkah?
Pestisida juga menjadi masalah kunang-kunang karena kunang-kunang adalah pemangsa hewan-hewan yang lebih kecil, seperti siput kecil.
Hewan-hewan seperti siput kecil yang biasa hidup di dekat taman buatan manusia akan terpapar pestisida.
Jika larva kunang-kunang memakan siput yang terpapar pestisida, pestisida itu akan masuk ke tubuh kunang-kunang dan membunuhnya.
Dengan hadirnya informasi ini, diharapkan bahwa manusia harus lebih hati-hati dalam mengelola lingkungan, agar tidak mengganggu kehidupan hewan-hewan lain di sekitarnya.
BACA JUGA:Virus Flu Burung Sudah Sampai Kutub Utara, Begini Nasib Beruang Kutub yang Terpapar
Kesimpulannya mengapa kunang-kunang kini sudah menghilang, karena akibat dari ulah tangan kita semua.