PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Badan Statistik Sumsel (BPS) Sumsel mencatat necara perdagangan Sumsel mengalami penurunan pada Triwulan IV /2023 dibanding periode yang sama tahun lalu (yoy). Kontraksi neraca perdagangan tersebut mencapai 35,24 persen. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel, Moh Wahyu Yulianto menyampaikan hal tersebut.
Walau begitu, sambung dia, neraca perdagangan mengalami surplus sebesar US$1,16 miliar, meski lebih kecil dibanding periode sama tahun 2022 sebesar US$1,79 miliar. Penyebabnya, sambung dia, terjadinya penurunan harga komoditas di pasar global cukup berpengaruh terhadap nilai ekspor beberapa komoditas unggulan di Sumsel.
Seperti komoditas bahan bakar mineral yang mengalami kontraksi cukup dalam sebesar -22,08 persen secara yoy atau dari US$ 933 juta pada triwulan IV/2022 menjadi US$ 727 juta di periode yang sama tahun lalu.
BACA JUGA:5 SUV 7 Seater Terbaik 2024, Keren dan Canggih, Mau Beli Ga Nih?
BACA JUGA:Agar Tidak Tertipu! Ini 12 Tips Membeli Mobil Bekas
Diikuti ekspor bubur kayu/pulp yang mengalami penurunan -27,97 persen (yoy) dari US$ 389 juta menjadi US$ 280 juta, dan komoditas minyak dan gas yang mengalami kontraksi -13,60 persen atau dari US$ 123 juta menjadi US$ 106 juta.
“Namun masih terdapat komoditas unggulan yang mengalami pertumbuhan secara yoy yaitu karet dan barang dari karet yang bertumbuh 11,01 persen,” jelasnya. Diketahui sebelumnya, BPS melaporkan nilai ekspor Sumsel sepanjang tahun 2023 sedikit lesu dengan penurunan sebesar 13,16 persen dibanding tahun 2022. Atau secara kumulatif nilai ekspor itu merosot dari US$ 7,58 miliar menjadi US$ 6,85 miliar sepanjang 2023. (yun/fad)