SUMATERAEKSPRES.ID - Roti Koing, seiring berjalannya waktu, telah menjadi ikon kuliner yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Palembang.
Nama lainnya, Roti Raden, menjadi sebuah sejarah lezat yang mengundang rasa penasaran setiap kali disebutkan.
Keberadaannya yang muncul khususnya di bulan Ramadan telah menjadikannya pilihan utama di berbagai keluarga di Palembang.
Dibalik namanya yang unik, Roti Koing memiliki karakteristik khas yang membedakannya dari roti pada umumnya.
BACA JUGA:Kue Dadar Jiwo, Salah Satu Kuliner Warisan Khas Palembang
BACA JUGA:4 Makanan Bingen Kota Palembang, Ternyata Punya Arti Begini, Nomor 3 Sarat Makna Loh!
Roti panggang berbentuk bulat ini mungkin terlihat sederhana, namun memiliki daya tarik yang sulit diabaikan.
Keunikan lainnya adalah rasa tawar yang membuatnya menjadi kanvas yang sempurna untuk menggali cita rasa lebih lanjut.
Cara mengonsumsinya pun menjadi ritual tersendiri, dengan merendam sejenak roti ini dalam minuman panas seperti teh, kopi, atau susu.
Cerita berlanjut ke masa lalu saat gula sulit didapatkan pada zaman penjajahan.
BACA JUGA:9 Rekomendasi Tempat Makan Steak Enak di Palembang, Lengkap dengan Harganya!
BACA JUGA:Mencengangkan, Ini 10 Fakta Yang Belum Banyak di Ketahui Soal Jembatan Ampera!
Masyarakat Palembang kreatif menciptakan Roti Koing tanpa gula, yang pada akhirnya menjadi pilihan yang lezat dan terjangkau bagi mereka.
Dengan keunikan ini, roti ini mendapat tempat khusus di hati masyarakat, bahkan setelah gula kembali mudah didapatkan.
Keberlanjutan Roti Koing hingga saat ini adalah sebuah keajaiban sendiri.