Mengungkap Misteri Pengasapan Keris dan Pusaka dengan Menyan

Minggu 28 Jan 2024 - 19:07 WIB
Reporter : Izul
Editor : Rian Sumeks

SUMATERAEKSPRES.ID - Kali ini sumateraekspres.id akan mengupas mengenai praktik pengasapan pada keris dan pusaka menggunakan menyan.

Perduaan ini sering dikaitkan dengan tradisi lintas generasi yang diwariskan ribuan tahun lalu, namun masih banyak yang tidak memahami perawatan yang sebenarnya diperlukan.

Dupa atau kemenyan sering kali dikonotasikan dengan hal-hal kelenik oleh sebagian orang. Namun, hal ini tidak berhubungan dengan kelinik sama sekali.

Penggunaan dupa, menyan, atau buhur untuk mengharumkan ruangan, benda mati, kamar, ranjang tidur, atau pakaian sebenarnya memiliki dasar Sunah dan dianjurkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.

BACA JUGA:Misteri Keris Kelengan, Hasil Mahakarya Empu Tingkat Tinggi, Ini Filosofinya!

BACA JUGA:Keris Pasopatih: Senjata Tempur Arjuna Dalam Perang Bratayudha

Pentingnya mengasapi keris, tombak, pedang, atau siwar dengan asap menyan seringkali dihadapi dengan stigma negatif.

Beberapa orang meyakini bahwa ini merupakan upaya memberi makan jin atau khodam penunggu pusaka, tetapi sebenarnya, hal ini adalah bagian dari tradisi leluhur untuk merawat pusaka.

Pemikiran bahwa harumnya wangi wangian dapat membawa sial, bencana, dan malapetaka sebenarnya berasal dari keyakinan kelompok khurafat penyembah pagan.

Mereka tidak menyukai wangi wangian dan menganggapnya sebagai sesuatu yang negatif.

BACA JUGA:Mengenal Lebih Dekat Keris Tangguh Surakarta: Mahakarya Seni dan Budaya

BACA JUGA:Asal Usul Penyebutan Keris di Dunia Tosan Aji, Ternyata Begini Sejarahnya

Namun, penggunaan menyan atau wangi wangian untuk pusaka memiliki tujuan khusus.

Setelah pusaka dibersihkan dan direndam dengan cairan tertentu, pengasapan dilakukan untuk menjaga agar pusaka tidak lembab, karat, atau korosi. Ini adalah metode warisan leluhur yang telah terbukti efektif dalam menjaga keawetan pusaka.

Asap menyan atau buhur, bersama dengan olesan minyak wangi, meresap ke dalam wilah keris.

Saat keris dimasukkan ke dalam warangka, wanginya tetap terjaga puluhan hingga ratusan tahun. Proses ini mirip dengan cara pengawetan ikan asap yang telah menjadi bagian dari tradisi budaya Nusantara.

Dalam sejarah, pemilik pusaka, terutama di bangsa Melayu, mengasapi keris mereka dengan menyan jika mereka ingin bepergian jauh atau tidak memiliki waktu untuk merawat pusaka.

Proses ini melibatkan pemanasan wilah pusaka hingga hangat, diikuti dengan pemakaian lilin sebagai lapisan penutup sebelum disimpan untuk perawatan jangka panjang.

Dengan memahami metode pengasapan ini, kita dapat lebih menghargai nilai budaya dan sejarah yang terkandung dalam perawatan pusaka.

Tetap semangat untuk melestarikan warisan nenek moyang, terima kasih, dan assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Kategori :