PALEMBANG,SUMATERAEKSPRES.ID – Marah merupakan perasaan yang umum terjadi ketika seseorang merasa kesal, kecewa, atau frustasi karena suatu hal. Salah satu bentuk emosi yang alami pada setiap manusia. Ada yang langsung meluapkan kemarahannya, tidak sedikit pula yang menahan dan menutupinya.
Ada banyak alasan untuk menahan kemarahannya. Mulai dari pengalaman keluarga ketika masa kecil hingga pengkondisian sosial.
Namun, walaupun ditahan kemarahan itu sendiri akan dapat terlihat dari perilaku yang bersangkutan. Sayangnya, kemarahan yang ditahan ini bisa menimbulkan tindakan menyalahkan diri sendiri dalam banyak situasi.
Akhirnya, akan berdampak pada munculnya depresi, kecemasan dan somatisasi atau emosi yang berubah menjadi sakit fisik.
BACA JUGA:Sering Marahi Anak, Ini Akibatnya
BACA JUGA:Jangan Marah Dulu! Ini 5 Alasan Teman Anda Sulit Membayar Utang, dan Cara Menyelesaikannya
Perlu dikenali beberapa gejala kemarahan yang ditahan:
1. Depresi
Gejala pertama yang bisa dikenali adalah depresi. Psikoanalis telah lama mengetahui bahwa ketika kemarahan ditekan dan diarahkan ke dalam, maka hal tersebut dapat berubah menjadi depresi.
Orang yang mempunyai kecenderungan ini akan merasa sedih tentang segala hal. Padahal sebenarnya mereka sedang marah terhadap sesuatu hal yang spesifik.
Adanya kemarahan yang ditekan yang berubah menjadi depresi ini pada dasarnya mengadopsi mekanisme pertahanan atau yang dikenal dengan agresor.
Mereka cenderung takut untuk mengungkapkannya secara langsung karena adanya pemikiran bahwa hal tersebut akan membuat mereka ditolak ataupun ditinggalkan.
BACA JUGA:Marah Tak Mau Dipotong TPP, Oknum ASN Muratara Jambak Jilbab Pegawai Honor
BACA JUGA:Pembunuh Hj Ayuning Tertangkap, Pelaku Ngaku Terlilit Utang, Istri Marah-Marah Terus
2. Mengalihkan Fokus ke Orang Lain