Tak Lagi Jual Gabah

Senin 06 Feb 2023 - 19:51 WIB
Reporter : admin
Editor : admin

KAYUAGUNG - Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Kumala Tani Desa Suka Mulya Kecamatan Air Sugihan sudah memiliki  penggilingan padi modern atau Rice Miling Unit (RMU). Karenanya, petani di sini tak lagi menjual gabah.  ‘’Tapi mereka langsung memproduksi beras dari lahan sendiri,’’ ujar Wakil Bupati OKI,  HM Dja'far Shodiq.

Selama ini, petani mengurus sawah dengan mengairi, memupuk dan kemudian panen setelah itu menjualnya dalam bentuk gabah. "Padahal, selisih antara harga beras dan gabah bisa sampai dua kali lipat," katanya.

Dikatakan, dengan cara ini ke depan petani mulai memikirkan untuk menjual hasil sawahnya tidak hanya ke tengkulak. ‘’Kalau dikemas yang baik orientasinya bisa dijual ke daerah lain, bisa ke luar pulau tentu permintaan banyak sekali,’’ katanya.

Shodiq juga mengingatkan pentingnya petani melakukan konsolidasi dalam kelompok tani sehingga memiliki skala produksi yang besar.

Sementara itu, Wagiman,  anggota Gapoktan Desa Suka Mulya mengatakan, keuntungan petani lebih meningkat lewat penjualan beras," Selisih harga yang besar antara beras dan gabah cukup tinggi, "imbuhnya.

Kalau beras harga jual di kisaran Rp9.200/kg kilogram, jika jual gabah cuma Rp5.100/kg. Gabah juga tak bisa disimpan lama. ‘’Dengan menggiling gabah sendiri,  petani juga lebih untung karena dapat bekatul yang bisa digunakan untuk pakan ternak,’’ ujarnya.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Tanaman Pangan dan Hortikultura  OKI, Ir Sahrul MSi menjelaskan, lumbung pangan masyarakat adalah sarana untuk penyimpanan dan pengelolaan bahan pangan pokok sebagai cadangan pangan masyarakat untuk antisipasi terjadinya kerawanan pangan, keadaan darurat dan gangguan produksi pada musim kemarau. "Sarana pendukung LPM disini antara lain Bed Dryer Auto Mixing dengan kapasitas 3, 5 ton. Selain itu sarana pendukung lainnya berupa Rice Mill Unit (RMU) dengan kapasitas 1 ton per jam,’’ ujarnya.

Penyediaan lumbung pangan masyarakat ini, lanjutnya, merupakan bantuan pemerintah melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) tahun 2022. ‘’Dengan begitu produksi pascapanen lebih optimal, petani tidak hanya jual beras, sekam, menir, dan dedak pun bernilai ekonomi,’’ katanya. (uni/)

Tags :
Kategori :

Terkait