MURATARA , SUMATERAEKSPRES.ID - Petani di Muratara memang banyak yang mengembangkan tanaman kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit ini memiliki jarak antar satu tanaman dengan tanaman lainnya.
Untuk memanfaatkan jarak sela tanaman kebun kelapa sawit, sejumlah petani di Muratara mengembangkan budidaya tanaman hortikultura.
Cara ini mampu menghasilkan pundi-pundi rupiah sebelum tanaman sawit panen. Jadi mereka mendapat sumber cuan dari dua tempat, tanaman inti dan tanaman sela.
BACA JUGA:5 Manfaat Sistem Penanaman Tumpang Sari yang Wajib Diketahui
BACA JUGA:Gunakan Tumpang Sari
Cara ini biasa disebut tumpang sari. ‘’ Jadi dengan sistem ini, awalnya memanfaatkan lahan tanaman inti untuk ditanami tanaman sela. Seperti bawang, cabai, melon, semangka dan tanaman lainnya,’’ ujar Safaat, warga Kecamatan Rupit, Kabupaten Muratara.
Safaat sendiri merupakan salah satu yang memanfaatkan sistem tumpang sari di sela tanaman sawit. Namun setelah dikerjakan dengan maksimal, konsep ini akan menimbulkan dampak keterkaitan.
"Karena tanaman sela yang kita tanam ini pakai pupuk. Jadi sawit tidak perlu dipupuk lagi, dan tanaman inti itu mendapat bonus dari tanaman sela," katanya.
Dikatakan, pemanfaatan lahan sawit dengan sistem tumpang sari ini bisa dilaksanakan mulai dari masa 0-6 tahun penanaman sawit.
"Tapi kalau sawit diatas usia 6 tahun daunnya sudah panjang, pohon sudah tinggi dan sinar matahari sulit didapat tanaman sela," timpalnya.
BACA JUGA:Optimalkan Lahan Tumpang Sari
BACA JUGA:Gunakan Sistem Tumpang Sari, Hasilkan Jambu Kristal dan Durian
Safaat mengaku, hanya tanaman khusus tertentu yang mampu berkembang baik, meski mendapat sinar matahari kurang.
"Kalau tanaman umbi umbian seperti bawang, itu justru bagus. Tapi untuk cabai atau melon dan semangka itu kurang bagus," timpalnya.
Program GSMP ini memang memberikan beberapa nilai plus. Seperti mengangkat potensi kemandirian, potensi daerah, dan pemanfaatan lahan terbatas, dan nilai ekonomi warga. (zul)