SUMATERAEKSPRES.ID - Ikut serta dalam sebuah organisasi sering dianggap sebagai langkah penting dalam pengembangan soft skill dan penajaman keterampilan.
Namun, apa jadinya jika pengalaman tersebut ternyata tercemar oleh sikap atau perilaku yang tidak sejalan dengan nilai-nilai kerja sama? Apakah masih relevan untuk disebut sebagai anggota atau alumni organisasi yang ideal?
Mari kita cermati 6 ciri yang dapat merugikan pengalaman berorganisasi, sehingga bulan-bulan atau bahkan tahun yang dihabiskan untuk berkontribusi dapat menjadi sia-sia.
1. Hanya Ikut-Ikutan
Partisipasi dalam organisasi bukanlah sekadar tanda tangan di daftar keanggotaan. Jika pengabdianmu hanyalah untuk mengejar popularitas atau sekadar ikut-ikutan, maka nilai-nilai sejati dari organisasi tersebut akan hilang.
Anggota yang hanya ikut-ikutan cenderung tidak aktif secara konstruktif, tidak memberikan kontribusi substansial, dan menciptakan lingkungan yang tidak produktif.
2. Membatasi Informasi untuk Kemenangan Divisi Sendiri
Kerja sama tim menjadi kunci keberhasilan dalam organisasi. Namun, jika ada anggota yang cenderung menyembunyikan informasi atau mengecilkan peran divisi lain demi meraih kemenangan sendiri, hal tersebut dapat merugikan keseluruhan organisasi. Keberhasilan satu divisi seharusnya dirayakan bersama sebagai hasil kerja tim, bukan sebagai kemenangan individu.
BACA JUGA:Semester Berapa Seharusnya Mahasiswa Aktif di Organisasi? Simak Tipsnya
BACA JUGA:Manfaat Organisasi untuk Mahasiswa: Menyeimbangkan Kuliah dan Aktivitas Ekstrakurikuler
3. Tidak Mau Mengakui Kesalahan
Kegagalan adalah bagian dari proses pembelajaran dan pertumbuhan. Anggota yang enggan mengakui kesalahan, lebih mementingkan citra diri daripada pembelajaran, dapat merugikan atmosfer kerja sama. Kultur organisasi yang sehat mendorong transparansi, tanggung jawab, dan kemauan untuk belajar dari kegagalan.
4. Tidak Rela Melihat Orang Lain Sukses
Semangat persaingan sehat dalam sebuah organisasi merupakan hal yang wajar, tetapi ketika anggota tidak rela melihat kesuksesan rekan-rekannya, itu bisa menjadi tanda egoisme yang merugikan.
Kerja sama seharusnya diarahkan untuk menciptakan lingkungan di mana setiap anggota dapat tumbuh dan sukses bersama. Menjaga semangat kolaboratif lebih penting daripada menciptakan divisi internal yang tidak sehat.