Di mana ada kemauan di situ ada jalan. Kontraktor mengerjakan proyek, MER-C mencari uang. Tidak mudah.
Apalagi MER-C tidak mau mendapatkan dana dari pihak yang simpati kepada Israel. Dokter Ben menyebutkan beberapa perusahaan asing. Mereka ingin ikut menyumbang. Ditolak.
Tibalah saatnya kontraktor dari Gaza menagih pembayaran. Pekerjaan konstruksi sudah mencapai tahap yang harus dibayar. MER-C belum punya uang sebanyak tagihan. Kontraktor tidak mau tahu.
BACA JUGA:Natal Pure
BACA JUGA:Makan 400 T
Pengurus MER-C pun panik. Dokter Ben sampai menghubungi seorang tokoh pengusaha nasional. Tokoh besar. Uangnya banyak.
Dokter Ben sampaikan padanya ingin pinjam uang Rp 15 miliar. Akan dibayar kembali secara bertahap sesuai dengan sumbangan yang masuk. Jaminannya: rumah pribadi dan harta lainnya.
Waktu dokter Ben khotbah di Plaza Indonesia itu, rupanya ada orang penting yang juga lagi salat Jumat di situ. Si penting mendengarkan khotbah dokter Ben.
Usai salat Jumat si penting menunggu dokter Ben. Memperkenalkan diri. Lalu mengajak dokter Ben naik ke gedung tinggi di situ. Ke kantornya.
BACA JUGA:Tidak Libur
BACA JUGA:Devis Tresi
"Kalau caranya begini, tidak akan bisa dapat uang banyak," ujar si penting. Ternyata si penting adalah eksekutif puncak Plaza Indonesia saat itu.
Si penting pun lantas menelepon seseorang. Temannya. Bos di Metro TV. "Orang ini harus kamu bantu," ujar si penting di teleponnya.
Keesokan harinya dokter Ben diminta ke Metro TV. Rundingan. MER-C pun mendapat bantuan iklan yang gencar. Juga bantuan pembukaan nomor rekening sumbangan.
Beriringan dengan itu Israel melakukan gempuran ke Palestina. "Sumbangan mengalir seperti bah," ujar dokter Ben mengenang.
BACA JUGA:Trik SGIE