Kemudian yang turun dari mobil Fortuner itu, seorang perempuan dan langsung marah-marah. “Dalam mobil itu juga ada laki-laki yang kemudian mobil, dan seorang lagi sudah lanjut usia,” kenang Dodi.
Tidak mau ribut dan membuat macet jalan, Dodi mengajak menepikan mobil. Dia menanyakan surat izin mengemudi (SIM) kepada pengemudi Fortuner itu.
BACA JUGA:Menimalisir Sengketa Tanah di 18 Kecamata, Pemkot, Polrestabes dan BPN sepakat mengunakan ODMn
BACA JUGA:Tanggapi Kasus Viral, Pemkot Palembang dan Polrestabes Siapkan 2 Posko Terpadu di Kawasan Wisata BKB
“Saya bilang, kalau tidak punya SIM seharusnya jangan bawa kendaraan,” akunya.
Mendengar perkataannya itu, sambung Dodi, yang perempuan tadi tambah marah-marah. “Perempuan itu menelepon ayahnya,” jelasnya.
Ayah perempuan itu datang, mengendarai mobil Alphard putih BG 999 ED. Namun, bukan menyelesaikan masalah. Malah membuat masalah menjadi panjang.
“Dirinya (pria berbaju putih) itu mengaku seorang polisi, mau mengajak saya ke Polda Sumsel untuk laporkan hal tersebut,” beber Dodi.
BACA JUGA:Cepat dan Efisien, Strategi Baru Reskrim Polrestabes Palembang dalam Menganalisis Laporan Kejahatan
BACA JUGA:Kasat Tahti Polrestabes Palembang Dicopot, Tidak Laksanakan Perintah Atasan
Gara-gara keributan itu, sambung Dodi, mereka sampai diusir juru parkir di kawasan tersebut. Mobil Alphard putih itu kemudian melaju bukan ke Polda Sumsel, tetap diikuti Dodi.
“Saya tetap berpikiran baik, menyangka akan membawa kami ke rumahnya untuk menyelesaikan persoalan ini,” duganya.
Namun sampai di tempat yang sepi di kawasan Talang Buruk, mobil Alphard putih itu berhenti. “Terlapor turun, mendekati saya. Saya tidak ingin ribut, masih menyalaminya,” tambah Dodi.
Tapi, terlapor terus mengintimidasi. “Terlapor terus mendorong dan mencekik saya, dia juga membawa sajam disembunyikan di belakang tubuhnya,” sebutnya.
BACA JUGA:Polrestabes Palembang Dorong Kondisi Kamtibmas yang Kondusif melalui Sinergi dengan Media