Dari luasan tersebut, Kabupaten OKI menempati urutan pertama dengan luasan 20.558,3 hektare.
Terdiri dari 9.092,5 hektare vegetasi gambut, dan 11.365,8 hektare vegetasi non-gambut.
Disusul Kabupaten Ogan Ilir (OI), dengan luasan karhutla 3.615,9 hektare pada vegetasi non-gambut.
BACA JUGA:Lucunya, Polisi Selamatkan Anak Beruang Madu Terjebak Suasana Karhutla
BACA JUGA:Sigap Deteksi Hotspot, Satgas Karhutla Temukan 0,5 Hektar Lahan Terbakar Lewat Aplikasi
Terpisah, sebelumnya Dosen Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Dr. Ir. H. Endes N. Dahlan, mengatakan suatu wilayah karhutla membutuhkan rehabilitasi.
Lahan bekas kebakaran, sesungguhnya merupakan tanah subur karena banyak mengandung mineral berupa abu.
“Jenis tanaman yang cocok, salah satunya trembesi. Dapat hidup di daerah kering atau yang tergenang air,” paparnya.
Berdasarkan penelitiannya, trembesi merupakan jenis pohon yang memiliki daya serap CO2 yang sangat tinggi, dibandingkan tanaman lainnya seperti akasia dan kenanga.
BACA JUGA:Kapolda Sumsel Minta Kerjasama Semua Pihak Atasi Karhutla di OKI
BACA JUGA:Penurunan 300 Personel Polda untuk Sosialisasi Pencegahan Karhutla, Kapolda Memaparkan Harapannya
“Jika jejak karbon rata-rata penduduk Indonesia 1,8 ton per tahun, maka satu pohon trembesi dapat mengurangi jejak karbon yang dihasilkan dari sekitar 15 penduduk Indonesia,” ungkapnya.
Pohon trembesi yang dapat menjulang tinggi dan bentangnya yang lebar, dapat menahan memperlambat air hujan yang jatuh ke tanah sehingga dapat mencegah erosi.
“Sebab air hujan adalah salah satu penyebab terjadinya erosi (pengikisan pada lapisan tanah),” jelasnya.
Lanjut dia, air hujan yang jatuh perlahan, dapat diserap tanah. “Sehingga tidak membawa butiran tanah yang dapat membuat air sungai berwarna kecoklatan,” imbuh Endes.
BACA JUGA:Kapolda : Berhentilah Membakar Lahan!