PRABUMULIH, SUMATERAEKSPRES.ID - Harga beras yang tak kunjung turun membuat para pembeli beralih ke beras bulog yang laris manis di pasar Prabumulih.
Seperti yang diungkapkan Yuni, seorang penjual sekaligus pemilik toko Sumber Musi di Jalan Jendral Sudirman, Prabumulih, penjualan sembako sekarang tidak seperti dulu lagi.
"Kami yang biasa jual karungan, terpaksa berubah pola jual kiloan," ujarnya kepada sumateraekspres.id saat operasi pasar tim Satgas Ketahanan Pangan Kota Prabumulih di kawasan Pasar Tradisional Modern (PTM) Prabumulih, Senin (11/12).
Menurut Yuni, untuk stok sembako seperti beras, telur, minyak sayur dan gula pasir masih aman.
BACA JUGA:1.998 KPM di Prabumulih Dapat Bantuan Beras, Masing-masing 10 Kg
Terlebih lagi, beras mengalami kenaikan harga dan pembeli juga sepi.
"Beras naek tapi pembeli katek," sebutnya.
Menurut Yuni, masyarakat lebih memilih membeli beras bulog yang laris manis seperti merk SPHT 5 kg, sedangkan dirinya tidak menjual beras dengan merk tersebut.
"Mereka maunya makan beras itu, kami sudah mencoba menawari beras ini (merk lain) tapi mereka dak mau. Susah kami, toko terjepit selama 2 bulan ini," sebutnya mengaku kalah saing dengan beras bulog.
BACA JUGA:Eits, Jangan Dibuang Dulu! Air Beras Ternyata Bermanfaat untuk Rambut Sehat Alami, Begini Caranya
Selain itu, harga beras yang melambung juga membuat daya beli masyarakat berubah.
"Pengaruh harga 2 kg karet dapat 1 kg beras jadi daya beli masyarakat berubah. Kalau dulu jual beras 20kg kuat, sekarang orang makan beras 5 kg dan 10 kg saja, sejak pandemi covid sampai sekarang," sambungnya.
Sementara, untuk harga minyak sayur relatif stabil di harga Rp15 rb/liter, sedangkan gula pasir mengalami kenaikan di harga Rp16 ribu-Rp16,5 ribu/kg dari sebelumnya Rp15 ribu/kg.
"Penjualan gula sekarang juga susah karungan, kiloan tulah," sebutnya mengaku toko besar yang biasanya jual karungan, berubah menjadi jual kiloan menuruti keinginan konsumen.