Ini yang Harus Dilakukan Orangtua Pada Anak Golden Age

Rabu 29 Nov 2023 - 15:41 WIB
Reporter : Srimulat
Editor : Srimulat

PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID -  Masa golden age adalah masa emas pada anak-anak di awal kehidupannya yaitu pada usia 0-5 tahun. Fase ini penting untuk diperhatikan  orang tua karena pada fase ini pertumbuhan anak berkembang begitu pesat.

Hasil penelitian menyebutkan 50 persen kecerdasan orang dewasa mulai terbentuk di usia 4 tahun. Di usia emas tersebut biasanya banyak orang tua anak yang mengajarkan baca tulis dan berhitung (balistung).

Seperti penuturan Rahma (29). Dirinya sudah memberi pelajaran calistung pada anaknya yang masih usia 6 tahun. "Saya ikutkan anak saya biar dia lebih bisa menerima pelajaran di SD, " ujarnya.

Apalagi, lanjutnya,  dirinya melihat anak-anak usia dini sekarang sudah pintar-pintar.  "Meski belum sekolah tapi mereka sudah bisa membaca dan berhitung.  Kalau tak bisa balistung saya takut anak saya ketinggalan pelajaran di sekolah," katanya.

Menurut Psikolog Anak RS Charitas Palembang, Devi Delia, M. Psi,  sebenarnya namanya mengajarkan bukan artinya melulu duduk di depan meja lalu baca tulis hitung pakai buku dan pensil. "Tapi dalam keseharian, itu bisa menjadi bagian dari pembelajaran dan bisa disesuaikan dengan usia anak," ujarnya.

Misalnya, membacakan buku cerita pendek kepada anak, lalu dalam keseharian memperkenalkan kepada anak bahwa ini bentuk huruf  dan seterusnya sambil duduk menunggu di mal atau halte.

"Dalam keseharian mengenalkan konsep besar dan kecil, mana yang lebih besar dan mana yang lebih kecil. Menghitung satu... dua... tiga... saat menaiki tangga dan seterusnya. Artinya mengajarkan konsep berhitung kepada anak,'"  katanya.

Disebutkan di usia tersebut merupakan tahap  mengenalkan bukan berarti memaksa. "Artinya hal ini sesuatu yang dapat orang tua lakukan, bukan sesuatu yang wajib. Namun, hal ini baik dilakukan karena merupakan bagian dari stimulasi kognitif anak," ungkapnya lagi.

Positifnya tentu artinya mengasah kemampuan kognitif anak. Membuatnya  lebih siap dalam menerima pembelajaran yang diberikan di tingkat sekolah formal nantinya. "Sebaliknya jika tidak, artinya kognitif anak pun menjadi kurang terasah," ungkapnya.

Ditegaskan, dalam memperkenalkan huruf dan angka dalam membaca yang penting cara pengajarannya. "Jangan dipaksa yang penting memperkenalkan, dan targetnya juga bukan mereka bisa baca lancar kalimat. Walaupun memang ada beberapa anak yang bisa," katanya lagi.

Intinya boleh tapi ingat tujuannya bukan pada bisa atau tidaknya, tapi lebih kepada pengenalan. "Pengenalan dan caranya tidak kaku lebih dari keseharian dan permainan," tukasnya.

Sementara itu, saat ini calistung sudah menjadi syarat untuk masuk SD. Padahal calistung bukan menjadi syarat masuk Sekolah Dasar (SD). Larangan calistung di tes masuk SD sudah lama diatur pemerintah. Intinya SD tidak boleh menggunakan tes baca, tulis, hitung (calistung) sebagai standar menerima siswa.

Sebetulnya peraturan yang diterbitkan tidak boleh ada tes baca, tulis, hitung ketika siswa masuk SD, kecuali tesnya itu untuk placement atau untuk mengetahui apakah anak itu sudah mendapatkan pengalaman belajar calistung atau belum. (nni/)

Kategori :