Edukasi Petani Bikin Pupuk dan Pestisida Organik
INDRALAYA - Dampak penggunaan pestisida yang semakin meluas menuntut petani mengembangkan teknologi pengendalian. Pencegahan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) haruslah yang ramah lingkungan yaitu teknologi penerapan Pengelolaan Hama Terpadu (PHT).
Budidaya tanaman yang sehat dan kuat menjadi bagian penting dalam program pengendalian hama dan penyakit. Salah satu upaya untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman agar lebih sehat adalah dengan pemanfaatan Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR).
Kelompok Tani Cabai Usaha Tani di Desa Pering Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir mencoba membuat cairan PGPR. "Melalui kegiatan Evaluasi dan Farm Field Day (FFD) PPHT, para petani diberikan sosialisasi dan edukasi dalam membuat pupuk dan pestisida organik. Salah satunya membuat pupuk cair PGPR," jelas Ketua Kelompok Tani Usaha Tani, Hendriyadi.
PGPR adalah kelompok bakteri menguntungkan yang mengkolonisasi rizosfir (lapisan tanah tipis antara 1-2 mm di sekitar zona perakaran). Pengaruh PGPR secara langsung adalah menyediakan dan memobilisasi penyerapan berbagai unsur hara dalam tanah. Selain itu juga berperan dalam sintesis dan pengontrolan konsentrasi berbagai hormon pemacu pertumbuhan tanaman.
Secara tidak langsung, PGPR berperan melindungi tanaman dengan cara menghambat aktivitas pathogen. Selain itu juga dapat memperbaiki struktur tanah serta mengikat logam berat yang terdapat di dalam tanah. Aplikasi PGPR secara teratur pada tanaman dapat mengurangi intensitas serangan hama penggerek.
Selain itu PGPR efektif terhadap nematoda dan patogen tular tanah (bakteri dan virus). ‘’Hal pertama yang perlu dilakukan adalah menyiapkan biang PGPR yang dibuat dari akar bambu atau akar putri malu sekitar 250 gram dan direndam dalam 1 liter air selama tiga malam," tugasnya.
Campurkan 20 liter air, 1/2 kg dedak bekatul, terasi, 1 sdm air kapur sirih direbus hingga mendidih kemudian didinginkan. Setelah dingin kemudian dicampur dengan 1 liter biang PGPR dan ditutup rapat dan diidiamkan satu hingga dua minggu.
Selain PGPR akar bambu, biang PGPR juga dapat diperoleh dari air kelapa segar yang ditambah gula merah atau tetes tebu yang kemudian difermentasi selama seminggu. ‘’PGPR akar bambu dan PGPR kelapa yang telah jadi dapat diaplikasikan ke tanah sekitar tanaman dengan perbandingan 200 cc PGPR untuk 14 liter air," jelasnya.
Aplikasi PGPR untuk tanaman cabai dapat dibuat dengan konsentrasi 5 ml per liter air. Aplikasi dengan cara menyiramkan atau menyemprotkan bagian perakaran dengan volume sebanyak 400-600 ml larutan untuk masing-masing tanaman. Aplikasi dianjurkan pada pagi hari sebelum pukul 09.00 WIB atau pada sore hari setelah pukul 15.00 WIB. (dik/)